Odinani

Odinani (Igbo: ọ̀dị̀nànị̀) merupakan praktik keagamaan tradisional dan keyakinan budaya suku Igbo di wilayah selatan Nigeria.[1] Odinani bersifat monoteistik dan panenteistik, dengan satu Dewa sebagai sumber segalanya. Meskipun terdapat juga kelompok roh, namun dalam Odinani kedudukannya lebih rendah, dan pada umumnya hanya berperan sebagai anasir atas Chineke (atau Chukwu), sang wujud atau dewa tertinggi.[2] Kata Chineke adalah kata majemuk yang mencakup konsep chí yang artinya pencipta, yang berarti 'yang', sedangkan ékè berarti menciptakan. Sehingga Chineke dapat diartikan sebagai Pencipta atau Dewa yang menciptakan segala hal. Konsep Chúkwú ('chi tertinggi') disebarkan oleh suku Aro-Igbo dari Arochukwu di wilayah timur Igboland dan pengaruh spiritualnya banyak ditemui di Delta Nigeria timur pada abad ke-18 karena kegiatan peramal Ibini Ukpabi.

Roh yang lebih rendah yang dikenal sebagai ágbàrà atau álúsí memiliki peran di bawah dewa Chineke dan merupakan bagian darinya yang terbagi-bagi berdasarkan gender. Roh-roh ini mewakili kekuatan alam; ágbàrà dikenal sebagai álúsí dalam panteon Igbo. Di kalangan suku Nri-Igbo di Igboland utara terdapat konsep 'mata surya' (ányá ánwụ́) sebagai dewa matahari feminin yang disembah saat pemujaan matahari. Alusi diperantarai oleh dibia maupun para pendeta lainnya yang tidak menghubungi dewa tinggi secara langsung. Melalui áfà (ramalan), hukum-hukum dan seruan alusi dikomunikasikan kepada yang hidup. Alusi dipuja di kuil yang terletak di pinggir-pinggir jalan maupun di hutan, sedangkan kuil yang lebih kecil terdapat di rumah-rumah warga yang digunakan untuk pemujaan para leluhur. Leluhur yang telah meninggal dikatakan bersemayam di alam roh, tempat di mana mereka dapat dihubungi. Di bawah alusi ada roh yang dikenal sebagai mmúọ yang secara bebas didefinisikan berdasarkan persepsi akan sifat-sifat jahat atau kebaikannya. Roh-roh kecil ini tidak disembah dan terkadang dianggap sebagai jiwa yang hilang dari orang-orang yang telah tiada.

Jumlah warga yang mempraktikkan agama Igbo menurun drastis sejak abad ke-20 dengan masuknya misionaris Kristen di bawah naungan pemerintah kolonial Inggris di Nigeria. Dalam beberapa kasus, agama tradisional Igbo diserasikan (inkretisasi) dengan agama Kristen, tetapi kebanyakan para misionaris Kristen tidak menyukai ritual adat yang menunjukkan praktik pengorbanan manusia atau praktik budaya lainnya yang dianggap ilegal oleh pemerintahan kolonial. Misionaris awal menyebut praktik-praktik keagamaan pribumi ini sebagai juju. Agama Igbo saat ini banyak terlihat dalam upacara-upacara panen seperti festival yam baru (ị́wá jí) dan tradisi pesta bertopeng seperti mmanwu dan Ekpe.

Sisa-sisa ritus keagamaan Igbo menyebar di kalangan keturunan Afrika di Karibia dan Amerika Utara pada era perdagangan budak Atlantik. Igbo ọ́bị̀à diubah menjadi obeah di wilayah bekas Karibia Inggris dan Guyana dan ciri-ciri tradisi pesta bertopeng Igbo dapat ditemukan dalam festival suku Garifuna dan jonkonnu dari Karibia Inggris dan Carolina Utara.[3][4][5][6]

  1. ^ Afulezy, Uju "On Odinani, the Igbo Religion" Diarsipkan 2010-11-27 di Wayback Machine., Niger Delta Congress, Nigeria, April 03, 2010
  2. ^ M. O. Ené "The fundamentals of Odinani", KWENU: Our Culture, Our Future, April 03, 2010.
  3. ^ Obeah. Merriam Webster. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-26. Diakses tanggal 2010-06-03. 
  4. ^ Chambers, Douglas B. (2009). Murder at Montpelier: Igbo Africans in Virginia. Univ. Press of Mississippi. hlm. 14, 36. ISBN 1-60473-246-6. 
  5. ^ Rucker, Walter C. (2006). The river flows on: Black resistance, culture, and identity formation in early America. LSU Press. hlm. 40. ISBN 0-8071-3109-1. 
  6. ^ Eltis, David; Richardson, David (1997). Routes to slavery: direction, ethnicity, and mortality in the transatlantic slave trade. Routledge. hlm. 74. ISBN 0-7146-4820-5. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search