Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib
عَلِيّ بْن أَبِي طَالِب
Amirul Mukminin
Abu Turab
Medali kaligrafi bertuliskan nama Ali di Hagia Sophia.
Khalifah Kekhalifahan Rasyidin ke-4
BerkuasaJuni 656 – Januari 661
PendahuluUtsman bin Affan
PenerusJabatan dihapuskan
Hasan bin Ali (sebagai khalifah)
Imam Syiah ke-1
Masa jabatanJuni 632 – Januari 661
PendahuluJabatan dibentuk
PenerusHasan bin Ali
Informasi pribadi
Kelahiranca 600 M
Makkah, Hijaz, Jazirah Arab
Kematianca 28 Januari 661 M
(ca  21 Ramadhan 40 H)
(usia ca 60/63 tahun)
Kufah, Kekhalifahan Rasyidin
Pemakaman
Dipercaya telah dimakamkan di Makam Imam Ali, Najaf, Irak
31°59′46″N 44°18′51″E / 31.996111°N 44.314167°E / 31.996111; 44.314167
SukuQuraisy (Bani Hasyim)
AyahAbu Thalib bin Abdul Muthalib
IbuFatimah binti Asad
Pasangan
Istri
Anak
AgamaIslam
Nama Arab
Pribadi (Ism)ʿAlī
Patronimik (Nasab)ʿAlī bin Abī Ṭālib bin ʿAbd al-Muṭṭālib bin Hāsyim bin ʿAbdu Manāf bin Quṣayy bin Kilāb bin Murrah
Teknonim (Kunyah)Abul Ḥasan

Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab: عَلِيّ بْن أَبِي طَالِب, translit. ʿAlī bin Abī Ṭālib; ca 600–661) adalah sepupu sekaligus menantu dari nabi Islam Muhammad dan penerusnya, sebagai Khalifah keempat yang memerintah negara Islam pertama Kekhalifahan Rasyidin dari tahun 656 hingga kematiannya pada tahun 661 M. Lahir dari pasangan Abu Thalib bin Abdul Muthalib dan Fatimah binti Asad, Ali muda dibesarkan oleh sepupunya, Muhammad, dan menjadi salah satu orang pertama yang menerima ajarannya.

Ali memainkan peran penting di tahun-tahun awal Islam ketika Muslim dianiaya dengan kejam di Makkah. Setelah imigrasi (hijrah) ke Madinah pada tahun 622, Muhammad mengawinkan putrinya, Fatimah kepada Ali dan bersumpah persaudaraan dengannya. Ali menjabat sebagai sekretaris dan wakil Muhammad pada periode ini, dan merupakan salah satu pembawa bendera pasukan Islam. Banyak ucapan Muhammad yang memuji Ali, yang paling kontroversial diucapkan pada tahun 632 di Ghadir Khum, "Barangsiapa yang menganggap aku sebagai mawla, Maka Ali adalah mawla pula untuknya." Penafsiran kata polisemi Arab mawla masih diperdebatkan: Bagi Muslim Syiah, Muhammad memberikan Ali otoritas agama dan politiknya, sementara Muslim Sunni memandang hal ini hanya sebagai pernyataan persahabatan dan hubungan baik. Ketika Muhammad meninggal pada tahun yang sama, sekelompok Muslim mengadakan pertemuan tanpa kehadiran Ali dan menunjuk Abu Bakar ash-Shiddiq (m. 632–634) sebagai khalifah baru mereka. Ali kemudian melepaskan klaimnya atas kepemimpinan dan mengundurkan diri dari kehidupan publik pada masa pemerintahan Abu Bakar dan penggantinya, Umar bin Khattab (m. 634–644). Meskipun nasihatnya kadang-kadang diminta, konflik antara Ali dan dua khalifah pertama ditandai dengan penolakannya untuk mengikuti praktik mereka. Penolakan ini membuat Ali kehilangan peluangnya untuk menjadi khalifah hingga akhirnya jabatan khalifah jatuh ke tangan Utsman bin Affan (m. 644–656), yang kemudian ditunjuk untuk menggantikan Umar oleh dewan pemilihan. Ali juga sangat kritis terhadap Utsman, yang banyak dituduh melakukan nepotisme dan korupsi. Namun Ali juga berulang kali menjadi penengah antara khalifah dan para pemberontak tingkat provinsi yang marah atas kebijakan kontroversial khalifah.

Setelah pembunuhan Utsman pada tahun 656, Ali terpilih sebagai khalifah di Madinah. Dia segera menghadapi dua pemberontakan terpisah, kedua pemberontakan ini ditujukan untuk membalas kematian Utsman dan menuntut khalifah untuk menangkap pembunuhnya. Pemberontakan pertama dimulai oleh tiga serangkai Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah, janda Muhammad yang menguasai Basra di Mesopotamia Hilir; mereka berhasil dikalahkan oleh Ali pada Pertempuran Jamal di tahun 656. Di tempat lain, Muawiyah bin Abu Sufyan, yang baru saja disingkirkan Ali dari jabatan gubernur Suriah, berperang melawan Ali dalam Pertempuran Siffin pada tahun 657, yang berakhir dengan proses arbitrase yang gagal dan menyebabkan sebagian pendukung Ali mengasingkan diri. Mereka membentuk kelompok Khawarij, yang kemudian meneror masyarakat dan dihancurkan oleh Ali dalam Pertempuran Nahrawan pada tahun 658. Ali dibunuh pada tahun 661 oleh pemberontak Khawarij, Ibnu Muljam. Pembunuhan Ali membuka jalan bagi Muawiyah untuk merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Kekhalifahan Umayyah.

Dalam budaya Muslim, Tempat Ali dikatakan berada di urutan kedua setelah Muhammad. Ali dihormati karena keberaniannya, kejujurannya, pengabdiannya yang teguh pada Islam, kemurahan hati, dan perlakuan setara terhadap semua Muslim. Bagi para pengagumnya, ia telah menjadi pola dasar Islam yang tidak korup dan kesatriaan pra-Islam. Muslim Sunni menganggapnya sebagai Khulafaur Rasyidin (terj. har.'Khalifah yang mendapat petunjuk') terakhir, sementara Muslim Syiah menghormatinya sebagai Imam pertama mereka, yaitu penerus agama dan politik yang sah bagi Muhammad. Makam Ali di Najaf, Irak, adalah tujuan utama ziarah Syiah. Warisan Ali kini dikumpulkan dan dipelajari dalam berbagai buku, yang paling terkenal di antaranya adalah Nahjul Balaghah.


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search