Bahasa Ibrani Alkitab (bentuk jamak: Bahasa Ibrani Alkitabiah; עִבְרִית מִקְרָאִית, ⓘ atau לְשׁוֹן הַמִּקְרָא, ⓘ), atau yang juga dikenal sebagai Bahasa Ibrani Klasik, adalah sebuah bentuk kuno dari bahasa Ibrani, sebuah bahasa dalam rumpun Kanaan yang merupakan cabang dari rumpun bahasa Semit dan dituturkan oleh bangsa Israel pada wilayah yang dikenal sebagai Tanah Israel, kira-kira di sebelah barat dari sungai Yordania dan di sebelah timur Laut Mediterania. Istilah ivrit (Ibrani) tidak digunakan sebagai untuk menamai bahasa dalam Alkitab,[6] dan digantikan dengan istilah yang disebut sebagai שְֹפַת כְּנַעַן (sefat kena'an, terjemahan: Bahasa dari Kanaan) atau יְהוּדִית (Yehudit, terjemahan: orang Yahudi).[6] Sementara itu, istilah ibrit digunakan pada teks Alkitab dalam bahasa Yunani Kuno dan Ibrani Mishnaik.[6]
Bahasa Ibrani Alkitab diperkirakan berasal dari abad ke-10 sebelum Masehi dengan ditemukannya sebuah prasasti tertua yang mendukung keberadaan bahasa tersebut.[7] Bahasa Ibrani Alkitab terus dituturkan oleh bangsa Ibrani hingga Pengepungan Yerusalem berlangsung pada tahun 70 Masehi, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa tersebut dituturkan melebihi masa Bait Allah Kedua.[8] Bahasa tersebut kemudian berkembang menjadi bahasa Ibrani Mishnaik dan dituturkan hingga akhir abad ke-5 Masehi.
Bahasa Ibrani Alkitab dituangkan dalam Alkitab Ibrani yang melambangkan strata mendalam dan tahapan-tahapan dari bahasa Ibrani dan struktur konsonanta Semitnya, dan juga penambahan struktur vokalisasi pada Abad Pertengahan oleh Kaum Masorah. Terdapat beberapa bukti dari variasi dialekal, termasuk perbedaan antara Bahasa Ibrani Alkitab yang dituturkan di wilayah utara (Kerajaan Israel) dengan wilayah selatan (Kerajaan Yehuda). Teks konsonanta dituliskan kedalam bentuk prasasti dan Kitab. Sistem penulisan semacam itu mengalami perubahan sistem tulis pada masa Bait Allah Kedua, sehingga beberapa bagian karya tulis yang lebih awal (seperti Kitab Amos, Yesaya, Hosea and Mikha) yang berasal dari akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-7 sebelum Masehi menunjukkan tanda-tanda penulisan sebelum perubahan dilakukan.
Bahasa Ibrani Alkitab telah dituliskan kedalam beberapa sistem penulisan. Dari kisaran abad ke-12 hingga abad ke-6 sebelim Masehi, bangsa Ibrani menggunakan alfabet Paleo-Ibrani. Penggunaan alfabet ini kemudian digantikan oleh aksara turunan Abjad Samaria oleh orang Samaria hingga hari ini. Meskipun demikian, alfabet Aram Imperium juga turut menggantikan alfabet Paleo-Ibrani setelah terjadinya pemindahan bangsa Ibrani ke Babilonia, dan alfabet tersebut menjadi sumber dari Alfabet bahasa Ibrani Modern. Semua dari sistem penulisan diatas tidak benar-benar dapat melambangkan semua fonem bahasa Ibrani Alkitab dikarenakan kurangnya huruf yang tersedia. Meskipun begitu, terjemahan ataupun alih-aksara dalam bahasa Yunani maupun bahasa Latin dapat memuat fonem yang ada. Aksara-aksara ini awalnya hanya melambangkan konsonan, akan tetapi beberapa diantaranya dapat memiliki penanda vokal dalam beberapa kata maupun huruf yang dikenal sebagai matres lectionis dalam istilah Latin. Pada masa Abad Pertengahan, berbagai macam diakritik bermunculan untuk melambangkan vokal. Meskipun begitu, dari sekian jenis, hanya vokalisasi Tiberian yang digunakan secara luas hingga saat ini.
Bahasa Ibrani Alkitab memiliki berbagai macam konsonan emfatis yang fonetik artikuloris pastinya masih diperdebatkan, fonem emfatis tersebut kemungkinan merupakan konsonan sembur ataupun konsonan yang terfaringalisasi. Bahasa Ibrani periode awal memiliki tiga konsonan yang tidak memiliki huruf perlambangan dalam sistem penulisan Ibrani, tetapi fonem tersebut mengalami penyatuan dengan konsonan lain seiring berjalannya waktu. Konsonan letup yang ada menghasilkan alofoni konsonan frikatif karena adanya pengaruh dari bahasa Aram, sehingga konsonan tersebut pada akhirnya menjadi konsonan fonemik. Konsonan faringal dan celah-suara mengalami pelemahan pada beberapa dialek regional, seperti yang dapat dilihat pada kebudayaan membaca masyarakat Ibrani Samaria. Sistem vokal dari bahasa Ibrani Alkitab mengalami perubahan seiring dengan waktu, hal ini menyebabkan penerjemahan dan alih aksara beberapa sastra dan kitab dalam bahasa Yunani Kuno, Latin, sistem vokalisasi abad pertengahan, dan kebudayaan literatur modern menjadi berbeda satu sama lainnya.
Bahasa Ibrani Alkitab memiliki morfologi Semit umum dengan morfologi tak berkelanjutan, sehingga memungkinkan akar kata rumpun bahasa Semitnya disusun menggunakan beberapa pola untuk menghasilkan sebuah kata. Bahasa Ibrani Alkitab memiliki dua penggolongan gender (maskulin, dan feminim), tiga nominalia (tunggal, jamak, dan ganda—untuk kasus yang sangat jarang terjadi). Verba ditandai dengan adanya diatesis dan modus dan memiliki dua konjungsi yang mungkin ditandai dengan adanya aspek dan/atau kala (masih menjadi perdebatan). Unsur aspek dan kala pada verba juga dipengaruhi oleh konjungsi ו, yang seringkali disebut sebagai struktur konsekutif wau. Tidak seperti bahasa Ibrani Modern, susunan kata dasar pada bahasa Ibrani Alkitab adalah predikat-subjek-objek (PSO), sementara verba berubah dan diinfleksikan menurut numeralia, gender, dan persona dari subjek. Akhiran pronomina juga dapat ditambahkan pada verba (untuk mengindikasikan objek) atau nomina (untuk mengindikasikan posesi), dan nomina memiliki tingkatan konstruktif istimewa untuk digunakan dalam penyusunan posesi.
Interestingly, the term 'Hebrew' (ibrit) is not used of the language in the biblical text (bahasa Indonesia: Menariknya, istilah 'Ibrani' (ibrit) tidak digunakan untuk bahasa tersebut dalam teks Alkitab
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama bar
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search