Filsafat Yahudi

Filsafat Yahudi (Ibrani: פילוסופיה יהודית) mencakup semua filsafat yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi atau berkaitan dengan agama Yahudi. Sebelum Haskalah (Pencerahan Yahudi) dan emansipasi Yahudi, filsafat Yahudi didominasi dengan upaya-upaya merekonsiliasi pemikiran-pemikiran baru yang ke dalam tradisi Yahudi Rabinik hingga mengorganisasikan pemikiran-pemikiran yang muncul yang tidak sepenuhnya Yahudi ke dalam kerangka dan pandangan dunia skolastik Yahudi yang unik. Dengan diterimanya mereka dalam dunia modern, bangsa Yahudi dengan pendidikan sekuler mengembangkan filsafat yang sepenuhnya baru untuk memenuhi permintaan dunia.

Penemuan kembali filsafat Yunani kuno pada abad pertengah di antara Geonim dari akademi-akademi Babilon abad ke-10 membawa filsafat rasionalis ke dalam agama Yahudi Alkitab-Talmud. Filsafat itu pada umumnya bersaing dengan Kabala. Kedua aliran itu kemudian menjadi bagian dari literatur Rabinik klasik, meskipun kemunduran rasionalisme skolastik bertepatan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah yang menarik Yahudi pada pendekatan Kabbalistik. Bagi orang Yahudi Ashkenazi, emansipasi dan pemikiran sekuler sejak abad ke-18 mengubah cara pandang terhadap filsafat. Komunitas Ashkenazi dan Sefardim kemudian berinteraksi lebih ambivalen dengan budaya sekuler daripada komunitas Yahudi di Eropa Barat. Dalam respons terhadap modernitas yang beragam, pemikiran-pemikiran filosofis Yahudi dikembangkan dengan munculnya berbagai gerakan religius. Perkembangan ini dapat dilihat sebagai kelanjutan atau pemutusan dari kanon filsafat Rabinik pada Abad Pertengahan dan aspek dialektik historis lain dari pemikiran Yahudi, serta menghasilkan beragam sikap Yahudi kontemporer terhadap metode-metode filsafat.


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search