Heinrich IV, Kaisar Romawi Suci

Heinrich IV
Heinrich IV dengan segenap alat kebesarannya, gambar dalam Kitab Injil Biara Santo Emeramus, abad ke-11
Kaisar Romawi Suci
Berkuasa1084 – 1105
Penobatan1 April 1084
Basilika Santo Petrus Lama, Roma
PendahuluHeinrich III
PenerusHeinrich V
Raja Jerman
Berkuasa1054 – 1105
Penobatan17 Juli 1054
Gereja Katedral Aachen
PendahuluHeinrich III
PenerusHeinrich V
Raja Italia dan Burgundia
Berkuasa1056 – 1105
PendahuluHeinrich III
PenerusHeinrich V
Informasi pribadi
Kelahiran11 November 1050
Istana Kaisar di Goslar, Sachsen (?)
Kematian7 Agustus 1106(1106-08-07) (umur 55)
Liège, Lothringen Hilir
Pemakaman
WangsaSali
AyahHeinrich III
IbuAgnes dari Poitou
PasanganBerta dari Savoia
(kawin 1066–1087)
Yevpraksia dari Kiev
(kawin 1089–1095)
AnakAgnes dari Waiblingen
Konrad II dari Italia
Heinrich V, Kaisar Romawi Suci
AgamaKristen Katolik Roma

Heinrich IV (11 November 1050 – 7 August 1106) adalah Kaisar Romawi Suci dari tahun 1084 sampai tahun 1105, Raja Jerman dari tahun 1054 sampai tahun 1105, Raja Italia sekaligus Burgundia dari tahun 1056 sampai tahun 1105, dan Adipati Bayern dari tahun 1052 sampai tahun 1054. Ayahnya adalah Heinrich III, Kaisar Romawi Suci kedua dari wangsa Sali, dan ibunya adalah Agnes dari Poitou, putri Adipati Aquitania. Ketika ayahnya mangkat pada tanggal 5 Oktober 1056, Heinrich belum cukup umur untuk memerintah sendiri, sehingga ibunya yang menjalankan pemerintahan selaku pemangku takhta. Ibu Heinrich mengaruniakan banyak anugerah kepada para menak Jerman demi mengekalkan dukungan mereka. Tidak seperti mendiang suaminya, Agnes tidak berdaya mengendalikan proses pemilihan paus, sehingga gagasan "kemerdekaan Gereja" menguat pada masa pemerintahannya. Kelemahan Agnes dimanfaatkan Hanno II, Uskup Agung Köln. Hanno menculik Heinrich pada bulan April 1062, kemudian memerintah Jerman selaku pemangku takhta sampai Heinrich cukup umur untuk memerintah sendiri pada tahun 1065.

Heinrich berusaha menguasai kembali tanah-tanah pertuanan raja yang lepas selama masa perwaliannya. Ia menugaskan pejabat-pejabat rendahan untuk menjalankan kebijakan-kebijakan barunya, sehingga membuat gerah Kadipaten Sachsen dan Kadipaten Thüringen. Heinrich berhasil mengamankan kerusuhan di Kadipaten Sachsen pada tahun 1069, dan memadamkan pemberontakan Otto dari Nordheim, seorang menak Sachsen, pada tahun 1071. Pengangkatan orang-orang dari kalangan rakyat jelata menjadi pejabat tinggi membuat para menak Jerman kehilangan muka. Banyak yang mengundurkan diri dari majelis istana. Heinrich bersikeras menjalankan hak prerogatifnya untuk mengangkat uskup dan abas, sekalipun para rohaniwan reformis mengecam tindakan tersebut sebagai praktik simoni (lelang jabatan gerejawi). Paus Aleksander II menyalahkan para penasihat Heinrich sebagai dalang di balik kebijakan-kebijakan Heinrich, dan mengekskomunikasi mereka pada awal tahun 1073. Konflik Heinrich dengan Takhta Suci dan para adipati Jerman membuat kedududukannya menjadi lemah, sehingga orang Sachsen berani mengobarkan pemberontakan terbuka pada musim panas tahun 1074. Dengan memanfaatkan perselisihan antara rakyat jelata dan para menak di Sachsen, Heinrich berhasil memaksa kaum pemberontak untuk menyerah pada bulan Oktober 1075.

Heinrich menjalankan kebijakan politik aktif di Italia, sehingga membuat gerah Paus Gregorius VII, pengganti Paus Aleksander II. Sri Paus mencoba menggertak dengan ancaman ekskomuniskasi atas kejahatan simoni, tetapi Heinrich malah membujuk sebagian besar uskup Jerman untuk mengeluarkan pernyataan pada tanggal 24 Januari 1076 bahwa Sri Paus tidak terpilih secara sah. Sri Paus membalas dengan mengekskomunikasi Heinrich dan membebaskan para pangeran Kekaisaran Romawi Suci dari sumpah setia mereka kepada Heinrich. Menak-menak Jerman yang memusuhi Heinrich meminta Sri Paus menggelar sidang gelar perkara Heinrich di Jerman. Demi mencegah terlaksananya sidang tersebut, Heinrich melakukan perjalanan dari Jerman sampai ke kota Canossa di Italia untuk menghadap Sri Paus. Perjalanan menuju Canossa yang ia tempuh sebagai laku silih itu tidaklah sia-sia. Sri Paus tidak punya pilihan selain mengampuninya pada bulan Januari 1077. Seteru-seteru Heinrich di Jerman mengabaikan kenyataan bahwa Heinrich sudah diampuni Sri Paus dan memilih Rudolf dari Rheinfelden menjadi Raja Jerman tandingan pada tanggal 14 Maret 1077. Mulanya Sri Paus bersikap netral dalam konflik antara Heinrich dan Rudolf, sehingga Heinrich berkesempatan mengukuhkan kedudukannya. Heinrich melanjutkan kebijakan mengangkat sendiri pejabat-pejabat tinggi gerejawi, sehingga sekali lagi diekskomunikasi Sri Paus pada tanggal 7 Maret 1080. Sebagian besar uskup di Jerman dan kawasan utara Italia tetap setia kepada Heinrich. Mereka memilih Uskup Agung Ravenna menjadi paus tandingan dengan nama Klemens III. Rudolf dari Rheinfelden gugur dalam pertempuran, dan penggantinya, Hermann dari Salm, hanya berdaulat di Kadipaten Sachsen saja. Mulai tahun 1081, Heinrich melancarkan serangkaian kampanye militer ke Italia, dan dinobatkan menjadi Kaisar Romawi Suci oleh Antipaus Klemens III di Roma pada tanggal 1 April 1084.

Sesudah Hermann dari Salm mangkat, Heinrich menundukkan Kadipaten Sachsen dengan bantuan para menak setempat pada tahun 1088. Ia melancarkan invasi ke wilayah kekuasaan Matilde dari Toskana, sekutu utama Sri Paus di Italia, pada tahun 1089. Mathilde berhasil meyakinkan putra tertua Heinrich, Konrad II, untuk memerangi ayahnya sendiri pada tahun 1093. Persekutuan Matilde dengan Welf I, Adipati Bayern, menghalangi kepulangan Heinrich ke Jerman sampai Heinrich berdamai dengan Welf pada tahun 1096. Sepeninggal Antipaus Klemens III, Heinrich tidak mendukung pemilihan paus tandingan baru, tetapi juga tidak berdamai dengan Paus Paskalis II. Pada tahun 1103, Heinrich memberlakukan Reichsfriede (kerukunan hidup bernegara) di seantero wilayah Jerman. Ia dipaksa turun takhta oleh putra bungsunya, yang juga bernama Heinrich, pada tanggal 31 Desember 1105. Ketika berusaha merebut kembali singgasana dengan bantuan para menak Lothringen, Heinrich jatuh sakit dan akhirnya wafat sebelum hukuman ekskomunikasinya dicabut. Peran besarnya dalam Kontroversi Investitur, perjalanannya menuju Canossa, serta konfliknya dengan putra-putra maupun istrinya membuat Heinrich dikenal sebagai tokoh dengan reputasi yang kontroversial. Di satu pihak ia dipandang tidak lebih dari seorang tiran, sementara di lain pihak ia dikagumi sebagai penguasa teladan, pengayom kaum papa.


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search