Huur

Ilustrasi para huuri di jannah, dari sebuah manuskrip asal Persia, dibuat pada abad ke-15.

Dalam mitologi Islam, huur, houri (/ˈhʊəriz, ˈhaʊəriz/)[1] atau ḥūr (bentuk jamak dari ḥaurāʾ, "perempuan bermata kijang")[1] atau ḥūrīyah[note 1] (bahasa Arab: حورية) secara umum diterjemahkan sebagai "(sangat cantik)[2] teman dengan usia sebaya (jodoh yang cocok)",[3] "bermata indah",[4] dan "tatapan malu-malu",[5] "makhluk murni" atau "sahabat murni" di jannah, yang diberikan kepada manusia atau jin yang memasuki Jannah (firdaus) setelah diciptakan kembali menjadi baru di alam kemudian.[6]

Dalam perspektif Indonesia, huur sering kali disamakan dengan bidadari, walaupun istilah bidadari itu berasal dari konsep mitologi Hindu.

  1. ^ a b "houris". Random House Webster's Unabridged Dictionary.
  2. ^ Asad, Muhammad (2003). "Sura 78 (An-Naba), ayah 33". The Message of The Qur'an. Note 16. 
  3. ^ Asad, Muhammad (2003). "Al-Waqiah". The Message of The Qur'an. Note 15. 
  4. ^ Qur'an 56:22-23
  5. ^ Asad, Muhammad (2003). "Sad". The Message of The Qur'an. 
  6. ^ Kathir, Ismail ibn. "Sura 55 (Ar-Rahman), ayah 56". Tafsir ibn Kathir. Narrating Artat bin Al-Mundhir. 


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search