Idealisme

Lampu pijar yang sering dikaitkan atau dijadikan simbol dari ide

Idealisme adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18.[1] ia menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme Epikuros.[1] Istilah Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang yang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas.[1] Dari abad 17 sampai permulaan abad 20 istilah ini banyak dipakai dalam pengklarifikasian filsafat.[1] Idealisme memberikan doktrin bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh). Istilah ini diambil dari "idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pada filsafat modern, pandangan ini mula-mula kelihatan pada George Barkeley (1685-1753) yang menyatakan bahwa hakikat objek-objek fisik adalah idea-idea. Leibniz menggunakan istilah ini pada permulaan abad ke-18, menamakan pemikiran Plato sebagai lawan materialisme Epicurus (Reese: 243). Idealisme memiliki argumen epistemologi sendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi bergantung pada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Mereka menggunakan argumen yang mengatakan bahwa objek-objek fisik pada akhirnya adalah ciptaan Tuhan; argumen orang-orang idealis mengatakan bahwa objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.[2]

  1. ^ a b c d (Indonesia)Lorens Bagus., Kamus Filsafat Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
  2. ^ Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Hati dan Akal dari Thales Sampai Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, 144.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search