Makanan dan minuman tabu adalah makanan dan minuman yang membuat orang menjauhkan diri dari mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut. Hal ini terjadi karena adanya larangan agama atau budaya yang ada agar tidak mengkonsumsi makanan tersebut. Banyak makanan tabu melarang daging hewan tertentu, termasuk mamalia, tikus, reptil, amfibi, ikan bertulang, moluska dan krustasea. Beberapa hal yang tabu khusus untuk bagian tertentu atau ekskresi hewan, sementara makanan tabu lain merupakan konsumsi jenis tanaman, jamur, atau serangga. Dapat dikatakan bahwa persoalan pantangan atau tabu dalam mengkonsumsi makanan tertentu terdapat secara universal di seluruh dunia. Makanan pantangan berkaitan dengan jenis makanan tertentu yang harus kita hindari. Secara khusus, hal ini berkaitan dengan kepercayaan dan isu-isu magis religius.[1] Beberapa suku melakukannya untuk melestarikan sumber daya alam, sementara beberapa lainnya untuk membuat ritual khusus lebih berkesan magis. Secara umum, pantangan makanan dapat memperkuat identitas dan kohesi kelompok atau budaya tertentu.[1] Pantangan makanan adalah bagian dari kepercayaan dan praktik budaya. Sementara itu, masyarakat mewariskan pantangan makanan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini berbarengan dengan pewarisan unsur budaya lainnya. Proses pewarisan kepercayaan terkait pantangan makanan antar generasi ini menjelaskan konsistensi pantangan makanan yang berlaku pada beberapa suku.[2][3] Selain di tingkat individu, pantangan makanan juga berlaku di tingkat komunal, terutama di masyarakat yang masih kental dengan tradisi.[4] Individu juga dapat berpantang makanan dalam suatu kelompok kekerabatan, hal ini untuk memanifestasikan diri mereka sebagai tetua adat.[1] Di suku-suku tertentu, mereka percaya makanan tabu memiliki konsekuensi berbahaya bagi mereka yang melanggar batasan ini. Makanan pantangan bagi ibu hamil, misalnya, diyakini dapat mempengaruhi bayi yang akan dilahirkan. Masyarakat Jawa melarang ibu hamil makan nasi goreng, durian, nangka, nanas, dan tebu. Orang Jawa percaya makanan ini menyebabkan komplikasi saat melahirkan.[2] Ibu hamil suku Madura di Indonesia pantang makan cumi, udang, nanas, ambarela, kol, air dingin. Orang Madura percaya bahwa makanan ini memiliki efek buruk pada janin dalam kandungan.[5] Wanita etnis Tengger di Jawa Timur, Indonesia, berpantang makanan yang dianggap tidak biasa, seperti makanan lengket atau kembar. Situasi tersebut karena adanya pendekatan simbolik, fungsional, dan religius atau nilai. Jika wanita Tengger mengkonsumsi makanan jenis ini, mereka percaya akan melahirkan anak sesuai dengan ciri fisiknya. Selain itu, ibu hamil Tengger juga harus menghindari makanan panas. Jenis makanan tersebut adalah cabai, merica, nanas, dan tape (makanan fermentasi). Suku Tengger percaya jenis makanan ini menyebabkan janin kepanasan dan bisa menyebabkan keguguran.[6][7] Sementara, mitos di Nigeria Tenggara melarang anak-anak setempat mengonsumsi daging bekicot. Ada ketakutan bahwa anak-anak akan berjalan seperti siput.[8]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama :12
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama :13
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search