Mandau

Mandau
Parang Ilang

Mandau lengkap dengan pisau rautnya, Langgei Puai.
Jenis Pedang
Negara asal Kalimantan
Sejarah pemakaian
Digunakan oleh Suku Dayak
Sejarah produksi
Varian Langgai Tinggang

Mandau atau Parang Ilang atau Malat adalah senjata tajam sejenis pedang yang berasal dari kebudayaan Dayak di Kalimantan. Mandau termasuk ke dalam salah satu senjata tradisional Indonesia, yang penggunaanya secara menyeluruh dimulai pada abad 17 - 18.[1] Pada masa lampau para penjelajah eropa yang melakukan ekspedisi dan peneliatian ke pulau borneo menyebutnya Pedang Kesatria Dayak Para Pemburu Kepala (The Dayak knight sword of the headhunters). Mandau mempunyai bentuk yang melebar di bagian atas serta pangkal yang tebal dengan sisi cekung cembung pada bilah sehingga senjata ini efektif digunakan untuk menerobos hutan belantara dan tahan terkena hantaman perisai pada saat pertempuran. Di Daerah Aliran Sungai Mahakam ketika itu, mandau dijadikan komoditas dagang, seperti yang dicatat oleh para penjelajah eropa abad 19 "Ukiran pada tanduk rusa untuk gagang mandau yang dimiliki suku Dayak tak kalah indah dan rumit, daripada ukiran gading yang dimiliki bangsa cina," tutur S.W Tromp.

Bilah mandau yang digunakan kaum dayak saat berperang terbuat dari besi khusus contohnya mantikei, montalat, besiiq batuq, pungkalan/purutn, bahkan meteorite, disertai dengan ritual khusus dan puasa tergantung pada masing-masing rumpun, ukiran pada mandau juga tidak sembaragan yang diwakili oleh karakter dan simbol magis sebagai contoh asoq (siluman anjing setegah macan), lamantek (pacet penghisap darah) dan kambe rawit (mahluk alam lain) hulu mandau bisa terbuat dari kayu tertentu, gading, tulang, tanduk dan logam. Anyaman dan sampul mandau memiliki simbol dan bilangan khusus yang dilengkapi jimat, Mandau adalah simbol pengeras jiwa sehingga dibuat menyesuaikan karakter pemiliknya yang dengan hajat dan sumpah agar melindungi pemilik dalam kepercayaan masyarakat dayak sehingga tidak digunakan sembarangan.

Hampir di seluruh bagian mandau memiliki ukiran - ukiran unik di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan tatahan di bilahnya yang ditutup dengan kuningan, perak, tembaga, atau emas dengan maksud rajahan selain memperindah bilah mandau. Mando (ejaan Indonesia: Mandau, adalah ejaan yang salah) berasal dari bahasa Dayak Kalimantan Tengah, yaitu asal kata "Man" yaitu singkatan dari kata "kuman" yang bearti "makan" dan dibentuk dari kata "do" yaitu singkatan dari kata "dohong" yakni pisau belati khas Kalimantan tengah. Jadi secara harafiah Mando bearti "makan Dohong", maksudnya adalah karena sejak senjata mando menjadi populer di kalimantan tengah, dohong yang merupakan senjata pisau terawal milik Dayak Ngaju kal-teng menjadi kalah populer atau tergerus kalah oleh mando. Kekalahan populer dohong tersebut menyebabkan sebutan untuk jenis senjata yang mengalahinya kemudian disebut "mando".Suku Dayak dengan senjata Mandau nya terkenal kejam dan ahli dalam peperangan, kelompok klan mereka melawan bangsa-bangsa lain yang datang ke pulau kalimantan, termasuk bangsa Melayu dan Bangsa Austronesia, karena seringnya peperangan antar klan dan bangsa-bangsa yang datang ke pulau kalimantan, Pedang mandau menjadi terkenal dengan bilah senjatanya yang tajam dan digunakan untuk memenggal kepala musuh-musuhnya (adat Pengayauan suku Dayak) hingga para bangsa lainnya tidak berani memasuki daerah mereka. Hingga sampai dengan sekarang Mandau menjadi sebutan nama sebuah senjata adat asli Pulau Kalimantan. Mandau merupakan senjata persatuan dayak borneo (kalimantan, sarawak, sabah, brunai) meskipun senjata yang dimiliki kaum dayak pada tiap rumpunnya bervariatif dan unik sebab borneo adalah salah satu pulau terbesar didunia.


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search