Peristiwa Keluaran

Lukisan "Departure of the Israelites" ("Keberangkatan orang Israel"), oleh David Roberts, 1829.

Peristiwa Keluar dari Mesir (bahasa Ibrani: יציאת מצרים, translit. Yeẓi’at Miẓrayim‎; bahasa Yunani: ἔξοδος, translit. eksodos, har. 'Jalan ke Luar') adalah sebuah kisah pembentuk bangsa Israel.[1] Kisahnya menceritakan perbudakan yang dialami oleh orang-orang Israel dan kaburnya mereka kemudian dari Mesir, turunnya firman Tuhan di Gunung Sinai, dan pengembaraan liar hingga ke tepi dari Kanaan.[2] Pesannya adalah bahwa orang-orang Israel dibebaskan dari perbudakan oleh Yahweh, Tuhan mereka, dan yang mana menjadikan mereka sebagai kepunyaan Tuhan melalui perjanjian.[1]

Konsenus para ilmuwan modern menilai bahwa cerita dalam Taurat mengenai asal-usul bangsa Israel tidaklah akurat, yang tampaknya mereka justru berasal dari dataran tinggi Kanaan di akhir milenia ke-2 SM dari komunitas pribumi Kanaan itu sendiri.[3][4][5] Sejumlah peneliti modern mempercayai bahwa cerita mengenai Eksodus memiliki beberapa dasar historis atas penulisannya,[6][7] tetapi sangat sedikit isinya yang dapat dibuktikan,[8] dengan Kenton Sparks menyebutnya sebagai "mitos yang didasarkan pada sejarah".[1]

Narasi Eksodus tersebar pada empat Kitab Taurat atau Pentateukh, yakni Kitab Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Terdapat kesepakatan yang luas di antara para ilmuwan bahwa Taurat disusun pada periode Israel dikontrol oleh Persia (abad ke-5 SM),[9] meskipun beberapa tradisi di baliknya lebih tua karena saduran terhadap cerita yang dibuat oleh para nabi abad ke-8 SM seperti Amos dan Hosea.[10][11]

Kisah Eksodus Alkitabiah adalah sesuatu yang sentral dalam Yudaisme, yang diceritakan tiap hari dalam ibadah Yahudi dan dirayakan pada festival-festival Yahudi seperti Paskah. Kristen awal memandang kisah Eksodus sebagai sebuah tipologi akan kebangkitan dan keselamatan oleh Yesus. Narasi tersebut juga bergema pada kelompok-kelompok non-Yahudi, seperti imigran dari Eropa yang melarikan diri ke Amerika untuk menghindari persekusi, dan orang Afrika-Amerika yang berjuang untuk kebebasan dan hak-hak sipil.[12][13]

  1. ^ a b c Sparks 2010, hlm. 73.
  2. ^ Redmount 2001, hlm. 59.
  3. ^ Grabbe 2017, hlm. 36.
  4. ^ Meyers 2005, hlm. 6–7.
  5. ^ Moore & Kelle 2011, hlm. 81.
  6. ^ Faust 2015, p.476: "While there is a consensus among scholars that the Exodus did not take place in the manner described in the Bible, surprisingly most scholars agree that the narrative has a historical core, and that some of the highland settlers came, one way or another, from Egypt..".
  7. ^ Redmount 2001, hlm. 61: "A few authorities have concluded that the core events of the Exodus saga are entirely literary fabrications. But most biblical scholars still subscribe to some variation of the Documentary Hypothesis, and support the basic historicity of the biblical narrative."
  8. ^ Redmount 2001, hlm. 87: "The biblical text has its own inner logic and consistency, largely divorced from the concerns of secular history. [...] conversely, the Bible, never intended to function primarily as a historical document, cannot meet modern canons of historical accuracy and reliability. There is, in fact, remarkably little of proven or provable historical worth or reliability in the biblical Exodus narrative, and no reliable independent witnesses attest to the historicity or date of the Exodus events."
  9. ^ Romer 2008, hlm. 2.
  10. ^ Lemche 1985, hlm. 327.
  11. ^ Redmount 2001, hlm. 63: "Clearly, significant portions are not and were never intended to be historiographic. [...] The biblical Exodus account was never intended to function or to be understood as history in the present-day sense of the word."
  12. ^ Berlin & Brettler 2004.
  13. ^ Baden 2019, hlm. xiv.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search