Rumah Baanjung

Rumah Bubungan Tinggi yang dibangun selalu memiliki dua anjung.
Tawing Halat pada Rumah Bubungan Tinggi di Banjarmasin.

Rumah Baanjung (Ba'anjung) adalah nama kolektif untuk rumah tradisional suku Banjar dan suku Dayak Bakumpai.[1] Suku Banjar biasanya menamakan rumah tradisonalnya dengan sebutan Rumah Banjar atau Rumah Bahari.

Umumnya, rumah tradisional Banjar dibangun dengan beranjung (bahasa Banjar: ba-anjung), yaitu sayap bangunan yang menjorok dari samping kanan dan kiri bangunan utama, karena itulah disebut Rumah Ba'anjung (ber-anjung).

Anjung merupakan ciri khas rumah tradisional Banjar, walaupun ada pula beberapa jenis Rumah Banjar yang tidak beranjung. Rumah tradisional Banjar pada umumnya beranjung dua yang disebut Rumah Ba-anjung Dua, namun kadangkala rumah banjar hanya hanya beranjung satu, biasanya rumah tersebut dibangun oleh pasangan suami isteri yang tidak memiliki keturunan.

Sebagaimana arsitektur tradisional pada umumnya, demikian juga rumah tradisonal Banjar berciri-ciri antara lain memiliki perlambang, memiliki penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.

Rumah tradisional Banjar adalah jenis rumah khas Banjar dengan gaya dan ukirannya sendiri sejak sebelum tahun 1871 sampai tahun 1935. Pada tahun 1871, pemerintah kota Banjarmasin mengeluarkan segel izin pembuatan Rumah Bubungan Tinggi di kampung Sungai Jingah yang merupakan rumah tertua yang pernah dikeluarkan segelnya.[2]

Jenis rumah yang bernilai paling tinggi adalah Rumah Bubungan Tinggi yang diperuntukan untuk bangunan Dalam Sultan (kedaton) yang diberi nama Dalam Sirap.[3] Dengan demikian, nilainya sama dengan rumah joglo di Jawa yang dipakai sebagai kedhaton (istana kediaman Sultan).[4]

Keagungan seorang penguasa pada masa pemerintahan kerajaan diukur oleh kuantitas ukuran dan kualitas seni serta kemegahan bangunan-bangunan kerajaan khususnya istana raja (Rumah Bubungan Tinggi). Dalam suatu perkampungan suku Banjar, terdapat berbagai jenis rumah Banjar yang mencerminkan status sosial maupun status ekonomi sang pemilik rumah. Dalam kampung tersebut, rumah dibangun dengan pola linier mengikuti arah aliran sungai maupun jalan raya terdiri dari rumah yang dibangun mengapung di atas air, rumah yang didirikan di atas sungai maupun rumah yang didirikan di daratan, baik pada lahan basah (alluvial) maupun lahan kering. Rumah Banjar terdiri Rumah Banjar masa Kesultanan Banjar dan Rumah Banjar masa kolonial.

  1. ^ "JEJAK HUBUNGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BANJAR DAN SUKU BAKUMPAI". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-12-24. Diakses tanggal 2013-12-15. 
  2. ^ (Indonesia) Mohamad Idwar Saleh, Rumah tradisional Banjar, rumah bubungan tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, 1980
  3. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-01-18. Diakses tanggal 2014-02-17. 
  4. ^ "Rumah Adat Banjar Dan Fungsinya". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-17. Diakses tanggal 2013-12-15. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search