Sujud (Buddhisme)

Langkah praktik sujud lima titik (kaki, lutut, siku, kedua telapak tangan, dan kening/dahi) menyentuh permukaan, sesuai Tipiṭaka menurut aliran Buddhisme Theravāda.[1]

Sujud (Pali: namakkāra atau paṇipāta; Sanskerta: namaskara; Tionghoa: 禮拜 li-pai; Romaji: raihai) merupakan gerakan yang dipraktikan dalam Buddhisme untuk menghormati Tiga Permata, yakni Buddha, Dhamma, dan Saṅgha; dan suatu objek penghormatan lainnya.

Dalam Buddhisme Theravāda, sujud dipraktikkan dengan lima titik (pañca-patiṭṭhita), yaitu kaki, lutut, siku, kedua telapak tangan, dan kening/dahi menyentuh permukaan. Sebelum tersentuhnya lima titik tersebut, dilakukan pembacaan syair-syair persujudan yang dilanjut dengan diangkatnya tangan ke depan kepala (paggahetvā).

Di kalangan umat Buddha, sujud diyakini bermanfaat bagi praktisi karena beberapa alasan, termasuk:

  • pengalaman memberi atau penghormatan
  • suatu tindakan untuk memurnikan kekotoran batin, terutama kesombongan
  • praktik persiapan untuk meditasi
  • suatu tindakan yang mengumpulkan kebajikan

Dalam Buddhisme Barat kontemporer, beberapa guru menggunakan sujud sebagai praktik tersendiri,[2] sementara guru-guru lain menganggap sujud sebagai ritual liturgi adat, sebagai pelengkap meditasi.[3]

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :1
  2. ^ See, for instance, Tromge (1995), pp. 87-96.
  3. ^ See, for example, Aitken (1982), pp. 29-31, where he discusses such rituals as having a twofold purpose: "First, ritual helps to deepen our religious spirit and to extend its vigor to our lives. Second, ritual is an opening for the experience of forgetting the self as the words or the actions become one with you, and there is nothing else." (p. 29).

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search