Teknologi tepat guna

Teknologi tepat guna adalah umumnya dikenal sebagai pilihan teknologi beserta aplikasinya yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi, berskala relatif kecil, padat karya, hemat energi, dan terkait erat dengan kondisi lokal.[1] Secara umum, dapat dikatakan bahwa teknologi tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.[2] Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal mungkin dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.[3] Baik Schumacher maupun banyak pendukung teknologi tepat guna pada masa modern juga menekankan bahwa teknologi tepat guna adalah teknologi yang berbasiskan pada manusia penggunanya.[4][5]

Teknologi tepat guna paling sering didiskusikan dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah alternatif dari proses transfer teknologi padat modal dari negara-negara industri maju ke negara-negara berkembang.[4][6] Namun, gerakan teknologi tepat guna dapat ditemukan baik di negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, gerakan teknologi tepat guna muncul menyusul krisis energi tahun 1970 dan berfokus terutama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan (sustainability). Di samping itu, istilah teknologi tepat guna di negara maju memiliki arti yang berlainan, sering kali merujuk pada teknik atau rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial dan lingkungan.[7] Secara luas, istilah teknologi tepat guna biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju.[3][8] Seperti dijelaskan di atas, bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal". Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna sering kali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu.

  1. ^ Hazeltine, B.; Bull, C. (1999). Appropriate Technology: Tools, Choices, and Implications. New York: Academic Press. hlm. 3, 270. ISBN 0-12-335190-1. 
  2. ^ Sianipar, C.P.M.; Dowaki, K.; Yudoko, G.; Adhiutama, A. (2013). "Seven pillars of survivability: Appropriate Technology with a human face". European Journal of Sustainable Development. 2 (4): 1–18. doi:10.14207/ejsd.2013.v2n4p1. 
  3. ^ a b VillageEarth.org. "Appropriate Technology Sourcebook: Introduction". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-07-19. Diakses tanggal 5 Juli 2008. 
  4. ^ a b Akubue, A. (2000). "Appropriate Technology for Socioeconomic Development in Third World Countries". The Journal of Technology Studies. 26 (1): 33–43. doi:10.21061/jots.v26i1.a.6. Diakses tanggal Maret 2011. 
  5. ^ Sianipar, C.P.M.; Yudoko, G.; Dowaki, K.; Adhiutama, A. (2014). "Design and technological appropriateness: The quest for community survivability". Journal of Sustainability Science and Management. 9 (1): 1–17. 
  6. ^ Todaro, M.; Smith, S. (2003). Economic Development. Boston: Addison Wesley. hlm. 252-254. ISBN 0-273-65549-3. 
  7. ^ Schneider, K. "Majoring in Renewable Energy". Diakses tanggal 26 Maret 2008. 
  8. ^ Sianipar, C.P.M.; Yudoko, G.; Dowaki, K.; Adhiutama, A. (2013). "Design methodology for Appropriate Technology: Engineering as if people mattered". Sustainability. 5 (8): 3382–3425. doi:10.3390/su5083382. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search