Teori mitos Yesus

Teori mitos Yesus
Lukisan Kebangkitan Kristus oleh Noel Coypel (1700).
Teorikus mitos Yesus memandangnya sebagai salah satu dari kisah dewa-dewa yang wafat dan bangkit.
DeskripsiYesus dari Nazareth merupakan karakter mitologis yang diciptakan masyarakat Kristen.
Pendukung awalCharles François Dupuis (1742–1809)
Constantin-François Volney (1757–1820)
Bruno Bauer (1809–1882)
Arthur Drews (1865–1935)
John M. Allegro (1923–1988)
Pendukung modernG.A. Wells, Alvar Ellegård, Robert M. Price
SubjekSejarah kuno

Teori mitos Yesus (juga dikenal sebagai teori mitos Kristus atau hipotesis ketidakberadaan Yesus) sebenarnya terdiri dari dua pendapat:[1]

  1. Yesus dari Nazaret bukan tokoh historis yang benar-benar ada, tetapi merupakan karakter mitologis yang diciptakan oleh komunitas Kristen awal, atau
  2. Yesus memang ada, tetapi riwayat hidupnya tidak seperti yang ditulis di dalam Alkitab.

Beberapa pendukung teori ini berargumen bahwa peristiwa atau perkataan yang berhubungan dengan figur Yesus dalam Perjanjian Baru mungkin berasal dari gabungan atribut atau cerita dari satu atau lebih tokoh-tokoh lain, baik yang benar ada maupun yang diambil dari mitos lain, untuk membentuk satu rangkaian riwayat hidup Yesus.[2]

Keraguan mengenai cerita hidup Yesus Kristus pernah diutarakan oleh seorang pengarang non-Kristen (pagan) pada awal abad ke-2, Celsus. Sebagai seorang filsuf Yunani, Celcus membandingkan riwayat Yesus dengan riwayat Zalmoxis dan Orpheus. Dengan bangkitnya kekuasaan Gereja Katolik di Kerajaan Romawi dan penghancuran kuil-kuil pagan pada abad ke-4, pemikiran dan keraguan keberadaan Yesus tidak dibicarakan secara terbuka. Malahan banyak cerita karangan ditambahkan, sehingga mengaburkan kenyataan dan khayalan atau mitos.

Sejarah modern mengenai teori mitos Yesus muncul kembali pada abad pencerahan. Pemikir-pemikir pencerahan Prancis seperti Constantin-François Volney dan Charles François Dupuis menyatakan keraguan mereka pada tahun 1790-an. Selanjutnya, muncul tokoh-tokoh yang mendukung teori ini, seperti Bruno Bauer pada abad ke-19, atau Arthur Drews pada abad ke-20. Teori ini menjadi perhatian melalui tulisan tokoh-tokoh Ateis Baru seperti Richard Dawkins, Christopher Hitchens, dan filsuf Prancis Michel Onfray.[3]

Argumen yang digunakan untuk mendukung teori ini adalah:

  • Tidak ditemukan referensi mengenai Yesus pada masa hidupnya.
  • Kurangnya referensi non-Kristen mengenai Yesus pada abad pertama.
  • Hubungan antara tokoh Yesus dengan dewa-dewa Yunani, Mesir, atau lainnya, terutama mengenai dewa yang wafat dan bangkit kembali.

Namun, dalam bidang keilmuan modern, teori mitos Yesus adalah teori yang dikesampingkan dan pada umumnya tidak didukung oleh para ahli.[4][5][6][7] Para ahli sejarah Kristen yang mempelajari sejarah awal Kekristenan meyakini bahwa Yesus ada, meskipun banyak perdebatan mengenai keabsahan bagian Perjanjian Baru dan sumber-sumber Kristen awal lainnya, sehingga perlu ditinjau secara kritis. Beberapa argumen pendukung keberadaan Kristus antara lain adalah:

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Walsh
  2. ^ Price, Robert M. "Of Myth and Men" Diarsipkan 2012-12-08 di Wayback Machine., majalah Free Inquiry, Volume 20, Nomor 1, diakses pada 27 September 201.
  3. ^ Dickson, John. "Facts and friction of Easter", The Sydney Morning Herald, 21 Maret 2008.
  4. ^ Van Voorst (2003), hlm. 658, 660.
  5. ^ Fox (2005), hlm. 48.
  6. ^ Burridge & Gould (2004), hlm. 34.
  7. ^ Michael Grant menyatakan bahwa "In recent years, 'no serious scholar has ventured to postulate the non historicity of Jesus' or at any rate very few, and they have not succeeded in disposing of the much stronger, indeed very abundant, evidence to the contrary." dalam Jesus oleh Michael Grant 2004 ISBN 1898799881 hlm. 200

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search