Abu vulkanik

Abu vulkanik dari letusan Gunung Agung, Bali, pada November 2017.
A man in a red shirt, sweeping
A man holding a hose and spraying volcanic ash with water
Dua cara penanganan abu vulkanik saat erupsi Kelud 2014 : penyapuan (atas) dan penyemprotan dengan air (bawah)

Abu vulkanik, sering disebut juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Umumnya abu vulkanik terdiri dari berbagai jenis batuan, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran sangat besar. Batuan yang berukuran besar (bongkah - kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Abu yang halus dapat menyababkan radang paru-paru jika terhirup.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11]

Sebagai contoh, abu vulkanik yang disebabkan oleh letusan Gunung Krakatau padah tahun 1883 mengitari bumi berhari-hari. Contoh lainnya adalah material vulkanik yang dikeluarkan oleh letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982 yang dapat mencapai Australia. Abu vulkanik dapat digunakan sebagai bahan pozolan karena mengandung unsur silika dan alumunia sehingga dapat mengurangi penggunaan semen sebagai bahan bangunan. Abu vulkanik juga dapat menyuburkan tanah di sekitar gunung karena banyak mengandung mineral dan unsur-unsur penyubur tanah seperti sulfur dan fosfor.

  1. ^ Rose, W.I.; Durant, A.J. (2009). "Fine ash content of explosive eruptions". Journal of Volcanology and Geothermal Research. 186 (1–2): 32–39. Bibcode:2009JVGR..186...32R. doi:10.1016/j.jvolgeores.2009.01.010. 
  2. ^ Zimanowski, Bernd; Wohletz, Kenneth; Dellino, Pierfrancesco; Büttner, Ralf (March 2003). "The volcanic ash problem". Journal of Volcanology and Geothermal Research. 122 (1–2): 1–5. Bibcode:2003JVGR..122....1Z. doi:10.1016/S0377-0273(02)00471-7. 
  3. ^ Dufek, J.; Manga, M. (16 September 2008). "In situ production of ash in pyroclastic flows". Journal of Geophysical Research. 113 (B9): B09207. Bibcode:2008JGRB..113.9207D. doi:10.1029/2007JB005555. 
  4. ^ Wilson, T.M.; Stewart, C. (2012). "Volcanic Ash". Dalam P, Bobrowsky. Encyclopaedia of Natural Hazards. Springer. hlm. 1000. 
  5. ^ Cashman, K.V.; Sturtevant, B.; Papale, P.; Navon, O. (2000). "Magmatic fragmentation". Dalam Sigurdsson, H.; Houghton, B.F.; McNutt, S.R.; Rymer, H.; Stix, J. Encyclopedia of Volcanoes. San Diego, USA: Elsevier Inc. hlm. 1417. 
  6. ^ Kueppers, U.; Putz, C.; Spieler, O.; Dingwell, D.B. (2009). "Abrasion in pyroclastic density currents: insights from tumbling experiments". Physics and Chemistry of the Earth, Parts A/B/C. 45–46: 33–39. Bibcode:2012PCE....45...33K. doi:10.1016/j.pce.2011.09.002. 
  7. ^ Zimanowski, B. (2000). "Physics of phreatomagmatism. Part 1: explosion physics". Terra Nostra. 6: 515–523. 
  8. ^ Parfitt, E.A.; Wilson, L. (2008). Fundamentals of Physical Volcanology. Massachusetts, USA: Blackwell Publishing. hlm. 256. 
  9. ^ Walker, G.P.L. (1981). "Generation and dispersal of fine ash by volcanic eruptions". Journal of Volcanology and Geothermal Research. 11 (1): 81–92. Bibcode:1981JVGR...11...81W. doi:10.1016/0377-0273(81)90077-9. 
  10. ^ USGS. "Volcanic Ash, What it can do and how to minimise damage". Diakses tanggal 9 February 2012. 
  11. ^ Newhall, Christopher G.; Self, Stephen (1982). "The Volcanic Explosivity Index (VEI): An Estimate of Explosive Magnitude for Historical Volcanism" (PDF). Journal of Geophysical Research. 87 (C2): 1231–1238. Bibcode:1982JGR....87.1231N. doi:10.1029/JC087iC02p01231. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal December 13, 2013. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search