Antropologi agama


Antropologi Agama adalah bidang ilmu dalam studi antropologi yang mempelajari manusia, budaya, dan agama dalam kaitannya dengan bagaimana manusia menafsirkan makna agama dan menjalankan kehidupan keagamaannya dalam keseharian atau disebut juga Antropologi Religi.[1] Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunani, asal kata anthropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu, dengan demikian secara harfiah antropologi berarti ilmu tentang manusia.[2] Pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegere, religare) dan agama.[3][4] Al-Din (Semit) berarti undang-undang atau hukum.[3] Kemudian dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.[3] Sedangkan dari kata religi atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca.[3]

Antropologi Agama adalah salah satu cabang ilmu yang banyak mendapatkan perhatian para pakar ilmu sosial.[1] Cabang ilmu Antropologi Agama ini diyakini oleh banyak pakar sebagai salah satu alat studi yang akurat dalam melihat reaksi antara agama, budaya, dan lingkungan sekitar sebuah masyarakat.[1] Antropologi agama menunjuk kepada suatu penghubung yang unik atas moralitas, hasrat, dan kekuatan dengan dikendalikan dan kemerdekaan, dengan duniawi dan asketisme, dengan idealis dan kekerasan, dengan imajinasi dan penjelmaan, dengan imanensi dan transendensi yang merupakan sisi dunia manusia yang berbeda dengan makhluk lain.[1] Tradisi ilmu antropologi memahami dunia-dunia agama tidak sepenuhnya sebagai fenomena objektif dan juga tidak sepenuhnya sebagai fenomena subjektif, namun sebagai sesuatu yang berimbang dalam memediasikan ruangan sosial atau budaya dan sebagai yang terlibat dalam suatu dealiktika yang memberikan objektivitas sekaligus juga subjektivitas.[1] Perhatian ahli antropologi dalam meneliti agama ditunjukan untuk melihat keterkaitan faktor lingkungan alam, struktur sosial, struktur kekerabatan, dan lain sebagainya, terhadap timbulnya jenis agama, kepercayaan, upacara, organisasi keagamaan tertentu.[5] Kajian agama dalam sudut pandang antropologi bertujuan untuk melihat bentuk praktik keagamaan yang terjadi dalam masyarakat seperti tindakan dan perilaku pada saat melakukan ritual keagamaan.[6] Antropologi agama bersifat abstrak tetapi dapat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku individu termasuk hubungan antara individu dengan hal yang berkaitan dengan supranatural.[7]

Menurut salah satu antropolog muslim bernama Talal Asad, ilmuwan antropolog lain mendefinisikan agama sebatas pada analogi kata-kata dan menghasilkan arti. Talal menganggap bahwa agama bersifat spatiotemporal (berhubungan dengan ruang dan waktu), yang dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan politik.[8]

  1. ^ a b c d e Drs. Yusron Razak, M.A. & Ervan Nurtawab, M.A. Antropologi Agama. (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2007) hal 1-20.>
  2. ^ Prof. Dr. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.>
  3. ^ a b c d Prof. Dr. H. Jalaluddin. Psikologi Agama. (Jakarta: PT Rajagrafindo Perasada. 2007).
  4. ^ Drs. Bambang Syamsul Arifin M.Si. Psikologi Agama. (Bandung: Pustaka Setia, 2008) ISBN 979-730-746-8.
  5. ^ Bustanuddin Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 16>
  6. ^ Rosidah 2011, hlm. 24.
  7. ^ Rudyansjah 2012, hlm. 63.
  8. ^ Wendry 2016, hlm. 180.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search