Astronomi Mesir

Peta langit di makam Senenmut, Wangsa XVIII[1]

Astronomi Mesir bermula pada Zaman Prasejarah, dalam Zaman Prawangsa. Susunan batu-batu yang membentuk lingkaran di Nabta Playa dari milenium ke-5 SM diduga ditata menurut hasil perhitungan astronomi. Pada Zaman Sejarah, dalam Kurun Waktu Wangsa-Wangsa yang bermula pada milenium ke-3 SM, Kalender Mesir dengan 365 hari dalam setahun sudah dipergunakan, dan pengamatan bintang-bintang berperan penting dalam prakiraan banjir tahunan Sungai Nil. Piramida-piramida Mesir dengan cermat disejajarkan dengan Bintang Kutub, dan kuil Amun-Re di Karnak disejajarkan dengan titik terbit Matahari di cakrawala pada pertengahan musim dingin. Astronomi turut dilibatkan dalam penentuan hari-hari raya keagamaan dan pembagian waktu di malam hari, dan para ahli nujum kuil pada khususnya sangat piawai menilik bintang-bintang dan mengamati kesejajaran, perubahan tampilan, dan saat terbitnya Matahari, Bulan, dan planet-planet.

Nut, dewi cakrawala Mesir, beserta peta bintang di makam Ramesses VI

Pada Zaman Wangsa Ptolemaios, ilmu astronomi Mesir bercampur dengan ilmu astronomi Yunani dan Babel. Kota Aleksandria di wilayah Mesir Hilir menjadi pusat kegiatan ilmiah bagi seluruh dunia peradaban Helenistis. Pada masa penjajahan Romawi, Mesir menghasilkan astronom terbesar kala itu, Klaúdios Ptolemaîos (90-168 M). Karya-karyanya dalam bidang astronomi, termasuk Almagestum, menjadi kitab-kitab yang paling berpengaruh dalam sejarah astronomi dunia Barat. Sesudah ditaklukkan kaum Muslim, Mesir didominasi budaya Arab dan astronomi Islam. Astronom Ibnu Yunus (ca. 950-1009) mengamati kedudukan Matahari selama bertahun-tahun dengan menggunakan sebuah astrolab raksasa, dan hasil-hasil pengamatan gerhana yang dilakukannya masih dirujuk berabad-abad kemudian. Pada 1006, Ali Ibnu Ridwan mengamati SN 1006, sebuah supernova yang dianggap sebagai peristiwa perbintangan yang terlihat paling terang dalam catatan sejarah, dan meninggalkan uraian paling rinci mengenainya. Pada abad ke-14, Najm al-Din al-Misri menulis sebuah risalah yang merinci lebih dari 100 macam peranti ilmiah dan astronomi, banyak di antaranya adalah hasil ciptaannya sendiri. Pada abad ke-20, Farouk El-Baz dari Mesir bekerja di NASA dan terlibat dalam pendaratan-pendaratan di bulan melalui program Apollo. Ia ikut membantu menyusun rencana eksplorasi ilmiah di bulan.[2]

  1. ^ Selengkapnya di Met Museum
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama IslamOnline

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search