Dipati Ukur

Dipati Ukur (Wangsanata atau Wangsataruna) adalah seorang bangsawan penguasa Tatar Ukur pada abad ke-17 yang berasal dari Tanah Banyumas. Tatar dalam bahasa Sunda berarti tanah atau wilayah.[1][2] Sedangkan dipati (adipati) adalah gelar bupati sebelum zaman kemerdekaan.[3] Dipati Ukur adalah Bupati Wedana Priangan yang pernah menyerang VOC di Batavia atas perintah Sultan Agung dari Kesultanan Mataram pada tahun 1628. Serangan itu gagal, dan jabatan Dipati Ukur dicopot oleh Mataram. Untuk menghindari kejaran pasukan Mataram yang akan menangkapnya, Dipati Ukur dan pengikutnya hidup berpindah-pindah dan bersembunyi hingga akhirnya ditangkap dan dihukum mati di Mataram.

Sejarah yang mengisahkan tentang Dipati Ukur bersifat kontroversial. Sedikitnya terdapat delapan versi sejarah tentang Dipati Ukur (Cerita Dipati Ukur), yaitu versi Galuh, Sukapura, Sumedang, Bandung, Talaga, Batavia, Banten dan Mataram.[4] Di antara delapan versi naskah Cerita Dipati Ukur yang ada, hanya tiga versi bernada positif, dalam arti perjuangan Dipati Ukur mendapat dukungan moril dari kerabat pemimpin negeri lainnya dalam rangka menegakkan kedaulatan negeri Sunda yang terancam intervensi penjajahan Mataram maupun Belanda.[5]

Dari delapan versi itu juga terdapat kesamaan, yaitu setelah Dipati Ukur diangkat sebagai bupati wedana, ia menyerang Batavia. Karena kalah, ia memberontak terhadap Mataram. Namun karena tidak ada kesepakatan antara Dipati Ukur dengan keempat umbul (kepala daerah) bawahannya, keempat umbul tersebut melaporkan Dipati Ukur kepada Sultan Agung. Di tempat persembunyiannya, Dipati Ukur tertangkap oleh pasukan Mataram.[6]

  1. ^ Luthfiyani, p. 258.
  2. ^ Lasmiyati, p. 384.
  3. ^ Pusat Bahasa Depdiknas, p. 10.
  4. ^ Lubis, p. 213.
  5. ^ Hakim, p. 155.
  6. ^ Lasmiyati, p. 382.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search