Industri musik

Seorang musisi bekerja di studio rekaman
Penonton yang sedang menonton konser

Industri musik adalah ranah yang terdiri dari sejumlah individu dan entitas organisasi yang memperoleh penghasilan melalui aktivitas seperti penulisan lagu dan komposisi musik, produksi dan penjualan rekaman musik, distribusi lembaran musik, penyelenggaraan konser, serta berbagai organisasi yang memberikan dukungan, pelatihan, perwakilan, dan penyediaan untuk para pencipta musik. Di antara banyak pemangku kepentingan yang aktif di dalam industri ini seperti penulis lagu dan komposer, penyanyi, musisi, konduktor, dan pemimpin band, hingga label rekaman, penerbit musik, studio rekaman, produser musik, rekayasawan audio, toko musik ritel dan digital, serta entitas yang berfokus pada hak pertunjukan dengan produksi dan penjualan rekaman serta partitur musik. Selain itu, terdapat agen pemesanan, promotor, tempat pertunjukan musik, kru jalanan, dan rekayasawan audio yang membantu dalam pengaturan dan penjualan konser.

Industri musik ini juga melibatkan berbagai profesional yang mendukung karier musik para penyanyi dan musisi, seperti manajer bakat, artis dan manajer repertoar, manajer bisnis, serta pengacara di bidang hiburan. Ada pula pihak-pihak yang terlibat dalam penyiaran konten musik melalui media audio atau video, termasuk satelit, stasiun radio Internet, stasiun radio siaran dan televisi. Tak ketinggalan, jurnalis musik, kritikus musik, DJ, pendidik dan guru musik, serta produsen alat musik dan peralatan musik turut memberikan kontribusi signifikan. Sementara itu, organisasi seperti serikat musisi American Federation of Musicians, lembaga nirlaba yang bergerak di bidang hak pertunjukan American Society of Composers, Authors and Publishers, dan asosiasi lainnya, seperti International Alliance for Women in Music, turut berperan dalam mengadvokasi para komponis dan musisi wanita).

Munculnya industri musik Barat modern terjadi di sekitar tahun 1930-an hingga 1950-an, di mana rekaman mulai menggantikan lembaran musik sebagai produk yang paling vital dalam bisnis musik. Dalam ranah komersial, istilah "industri rekaman" sering digunakan sebagai sinonim longgar untuk "industri musik," merujuk pada rekaman pertunjukan lagu dan karya musik serta penjualan rekaman secara umum. Pada dekade tahun 2000-an, sebagian besar kendali pasar musik dipegang oleh tiga label perusahaan besar: Universal Music Group asal Prancis, Sony Music Entertainment asal Jepang,[1] dan Warner Music Group asal Amerika Serikat. Label-label independen, atau yang dikenal sebagai "indie," juga memainkan peran penting. Sementara itu, dominasi pasar musik live untuk konser dan tur dipegang oleh Live Nation, yang merupakan promotor dan pemilik tempat pertunjukan musik terbesar. Live Nation sendiri adalah mantan anak perusahaan iHeartMedia Inc, pemilik stasiun radio terbesar di United States.

Dalam dekade pertama abad ke-21, industri musik mengalami transformasi signifikan dengan meluasnya distribusi musik digital melalui Internet, mencakup praktik berbagi berkas lagu secara ilegal dan pembelian musik secara legal melalui toko musik digital. Perubahan ini muncul melalui tren penjualan musik, yang mengalami penurunan substansial sejak tahun 2000[2][3] sementara kebutuhan konser semakin meningkat.[4] Pada tahun 2011, peritel musik rekaman terbesar di dunia beralih menjadi platform digital berbasis Internet yang dioperasikan oleh perusahaan teknologi iTunes Store daring milik Apple Inc..[5] Sejak saat itu, industri musik terus mengalami pertumbuhan penjualan yang konsisten, terutama melalui layanan streaming yang kini menghasilkan pendapatan lebih tinggi per tahun dibandingkan dengan unduhan digital. Spotify, Apple Music, dan Amazon Music menjadi pemimpin dalam layanan streaming berdasarkan jumlah pelanggan.[6]

  1. ^ Sony Corporation announced October 1, 2008, that it had completed the acquisition of Bertelsmann's 50% stake in Sony BMG, which was originally announced on August 5, 2008. Ref: "Sony's acquisition of Bertelsmann's 50% Stake in Sony BMG complete" (Siaran pers). Sony Corporation of America. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 3, 2008. 
  2. ^ "The Music Industry". The Economist. October 15, 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 29, 2011. Diakses tanggal December 2, 2008. 
  3. ^ Goldman, David (February 3, 2010). "Music's lost decade: Sales cut in half". CNN Money. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 27, 2020. 
  4. ^ Seabrook, John (August 10, 2009). "The Price of the Ticket". The New Yorker. Annals of Entertainment. hlm. 34. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 21, 2013. Diakses tanggal February 20, 2020. 
  5. ^ "Mobile World Congress 2011". dailywireless.org. February 14, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 21, 2013. Diakses tanggal February 28, 2011. Amazon is now the world's biggest book retailer. Apple, the world's largest music retailer. 
  6. ^ Lee, Tyler; PDT, on 4 May 2020 15:51. "Spotify Was The Largest Music Streaming Service For 2019". Ubergizmo (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal February 5, 2021. Diakses tanggal March 3, 2021. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search