Malaikat jatuh

Pancuran Malaikat Jatuh karya Ricardo Bellver, 1877, Taman Retiro (Madrid, Spanyol)
Malaikat-Malaikat Jatuh (1893) karya Salvatore Albano di Museum Brooklyn Kota New York

Malaikat jatuh dalam istilah agama Abrahamik adalah malaikat yang terusir dari surga. Istilah literal "malaikat jatuh" tidak terdapat kitab suci agama-agama Abrahamik mana pun, tetapi digunakan untuk menggambarkan malaikat-malaikat yang tersingkir dari surga[1] atau malaikat-malaikat berdosa. Malaikat-malaikat semacam ini kerap menggoda umat manusia untuk berbuat dosa.

Gagasan malaikat jatuh berasal dari Kitab Henokh, sebuah pseudopigraf Yahudi, dan dari asumsi bahwa "anak-anak Allah" (bahasa Ibrani: בני האלוהים‎, bənê haĕlōhîm) yang disebutkan dalam Kejadian 6:1–4 adalah malaikat-malaikat. Pada kurun waktu menjelang penyusunan kitab suci Perjanjian Baru, beberapa sekte Yahudi dan banyak Bapa Gereja, menafsirkan frasa "anak-anak Allah" di dalam Kejadian 6:1-4 sebagai malaikat-malaikat jatuh. Para pemuka agama Yahudi Rabinik maupun agama Kristen selepas abad ke-3 menolak kitab-kitab Henokh maupun anggapan bahwa perkawinan menyimpang di antara malaikat-malaikat dan anak-anak perempuan manusia menghasilkan para raksasa. Dokrin Kristen menandaskan bahwa dosa malaikat-malaikat jatuh sudah berdosa sebelum manusia diciptakan. Oleh karena itu, malaikat-malaikat jatuh diidentikkan dengan malaikat-malaikat pengikut Setan yang memberontak melawan Allah, dan dianggap sama dengan roh-roh jahat. Meskipun demikian, menjelang akhir Periode Bait Suci Kedua, roh-roh jahat dianggap bukan malaikat-malaikat jatuh melainkan arwah raksasa-raksasa keturunan mereka. Menurut alur penafsiran ini, malaikat-malaikat jatuh menghampiri anak-anak perempuan manusia, sehingga lahirlah suatu kaum yang disebut "orang-orang raksasa" di dalam Alkitab. Untuk membersihkan dunia dari makluk-makhluk hasil persilangan itu, Allah menurunkan air bah yang membinasakan tubuh mereka. Meskipun tubuh mereka sudah binasa, arwah mereka terus bergentayangan sebagai roh-roh jahat.

Bukti-bukti kepercayaan tentang adanya malaikat-malaikat jatuh di kalangan umat Islam dapat dirunut sampai pada riwayat-riwayat yang dinisbatkan kepada para sahabat Muhammad, misalnya Ibnu Abbas (619–687) dan Abdullah bin Mas'ud (594–653).[2] Meskipun demikian, sejumlah ulama Islam menentang gagasan malaikat jatuh dengan menegaskan bahwa menurut ayat-ayat Alquran, malaikat adalah makhluk-makhluk yang saleh, misalnya ayat ke-49 Surah An Nahl dan ayat ke-6 Surah At Tahrim, meskipun tidak ada ayat yang menandaskan bahwa para malaikat kebal terhadap dosa.[3] Salah seorang penentang pertama gagasan malaikat jatuh adalah Hasan Albasri (642–728), zahid Muslim yang berpengaruh. Ia menjadikan ayat-ayat Alquran yang menandaskan kesalehan para malaikat sebagai dalil pendukung doktrin infalibilitas para malaikat, sekaligus menafsir ulang ayat-ayat yang menyiratkan keberadaan malaikat-malaikat jatuh. Oleh karena itu, ia membaca kata mala'ikah (malaikat) yang digunakan sebagai sebutan untuk Harut dan Marut di dalam ayat ke-102 Surah Al Baqarah, menjadi malikayni (dua raja) bukannya malakayni (dua malaikat). Dengan demikian, Hasan Albasri menyifatkan Harut dan Marut sebagai manusia-manusia biasa. Ia juga menganjurkan keyakinan bahwa Iblis tergolong bangsa jin, bukan mantan malaikat.[4] Tingkat falibilitas yang pasti dari para malaikat pun tidak jelas, bahkan di kalangan para ulama yang menerima gagasan malaikat jatuh. Menurut salah satu pendapat yang umum, impekabilitas hanya berlaku pada malaikat-malaikat yang diutus, atau selama mereka tetap menjadi malaikat.[5]

Para akademisi sudah mendiskusikan benar tidaknya jin dalam Alquran identik dengan malaikat jatuh dalam Alkitab. Meskipun berbagai macam roh yang disebutkan di dalam Alquran kadang-kadang sukar dibedakan, tampaknya jin dalam tradisi-tradisi Islam tidak sama dengan malaikat-malaikat jatuh, jika menilik karakteristik-karakteristik utamanya.[1][a]

  1. ^ a b c Azaiez et al. 2016, hlm. 72
  2. ^ Ayoub 1984, hlm. 74.
  3. ^ Hoffman 2012, hlm. 189
  4. ^ Badawi & Haleem 2008, hlm. 864.
  5. ^ Teuma 1980, hlm. 15–16.
  6. ^ El-Zein 2009, hlm. 39.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search