Marwan bin al-Hakam

Marwan bin al-Hakam
مروان بن الحكم
Amirul Mukminin
Khalīfah
Drachma Khalifah Marwan
Khalifah Kekhalifahan Umayyah ke-4
BerkuasaJuni 684 – 12 April 685
PendahuluMuawiyah bin Yazid
PenerusAbdul Malik bin Marwan
Kelahiran623 atau 626
Kematian685 (sekitar 63 tahun)
Damaskus atau ash-Shinnabra
PasanganLihat rincian
Keturunan (lihat rincian)
Nama lengkap
Abū ʿAbdul-Malik Marwān ibn al-Ḥakam ibn Abiʾl-ʿAsh ibn Umayyah ibn ʿAbd Syams[1]
Nama dan tanggal periode
Kekhalifahan Umayyah: 661–750
WangsaUmayyah (trah Marwani)
AyahHakam bin Abi'l-Ash
IbuAminah binti 'Alqamah al-Kinaniyyah
AgamaIslam

Marwan bin al-Hakam bin Abi'l Ash (bahasa Arab: مروان بن الحكم بن أبي العاص) atau Marwan I (lahir sekitar 623–626 — meninggal April/Mei 685) adalah khalifah Umayyah keempat, yang berkuasa kurang dari setahun pada 684–685. Ia adalah khalifah pertama dari trah Marwani (Marwan dan keturunannya), yang menjadi penguasa Umayyah menggantikan khalifah-khalifah Sufyani (keturunan Abu Sufyan) yang kekuasaannya runtuh akibat Perang Saudara Islam II.

Marwan memulai kiprahnya pada masa pemerintahan sepupunya, Khalifah Utsman bin Affan (memerintah 644–656), saat ia menjabat sebagai katib (sekretaris) dan menjadi orang kepercayaan Utsman. Ia terluka saat menghadapi pemberontak yang mengepung rumah Utsman dan membunuh sang khalifah. Sebagai pembalasan atas kematian Utsman, ia membunuh sahabat Nabi Thalhah bin Ubaidillah (yang ia anggap bersalah) dalam Pertempuran Jamal, saat Marwan maupun Thalhah sama-sama bertempur di kubu Aisyah melawan pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib (memerintah 656–661). Marwan kemudian menjadi wali negeri Madinah pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sufyan (661–680), seorang kerabatnya yang mendirikan kekhalifahan Umayyah. Pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah (680–683), Perang Saudara Islam II pecah dan Marwan memimpin kubu Umayyah di Madinah melawan para penentangnya. Setelah meninggalnya Yazid pada November 683, pemimpin anti-Umayyah di Hijaz, Abdullah bin az-Zubair, menyatakan diri sebagai khalifah dan berhasil mengusir Marwan dan kabilah Banu Umayyah dari Madinah ke negeri Syam, pusat kekuasaan dinasti tersebut. Khalifah selanjutnya, Muawiyah bin Yazid, meninggal pada 684 dan kekuasaan Umayyah menyusut hanya di sebagian Syam. Banyak wilayah yang menyatakan tunduk kepada Ibnu az-Zubair. Marwan mengajukan diri sebagai khalifah pengganti Muawiyah bin Yazid dalam pertemuan kabilah-kabilah pro-Umayyah di Jabiyah di bawah pimpinan Ibnu Bahdal dari Banu Kalb. Para pemuka kabilah ini setuju memilih Marwan dan mereka mengalahkan pasukan Qais yang memihak Ibnu az-Zubair dalam Pertempuran Marj Rahith pada Agustus 684.

Dalam waktu beberapa bulan, Marwan menyusun kekuatan Umayyah dan merebut kembali wilayah Mesir, Palestina, dan Syam Utara, yang sebelumnya telah tunduk pada Ibnu az-Zubair. Ia mengirim pasukan untuk merebut kembali Irak, tetapi ia meninggal saat pasukan tersebut masih dalam perjalanan. Sebelum ia meninggal, ia memastikan anak-anaknya memiliki posisi yang kuat: Abdul Malik bin Marwan ditunjuk sebagai khalifah penerusnya, Abdul Aziz menjadi wali negeri Mesir, dan Muhammad menjadi panglima di kawasan Mesopotamia Hulu. Abdul Malik akan menyatukan kembali kekhalifahan, dan anak cucu Marwan akan terus menguasai kekhalifahan hingga digulingkan Dinasti Abbasiyah pada 750. Marwan memiliki reputasi beragam: sejarawan Clifford E. Bosworth menyebutnya sebagai panglima dan negarawan yang cerdik, cakap, tegas, dan berhasil melanggengkan kekhalifahan Umayyah, sedangkan riwayat-riwayat Muslim anti-Umayyah mengejeknya sebagai abūʾl-jabābirah (bapak para tiran).

  1. ^ Kennedy 2004, hlm. 397.

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search