Matematika dan arsitektur saling terkait seperti halnya seni lainnya, arsitek menggunakan matematika untuk beberapa alasan. Selain matematika yang dibutuhkan dalam teknik bangunan, para arsitek menggunakan geometri untuk menentukan bentuk ruang bangunan. Dari Pythagoras pada abad ke-6 SM, hingga seterusnya; menciptakan bentuk-bentuk yang dianggap harmonis, dalam menyusun bangunan dan lingkungannya yang sesuai dengan prinsip matematika, estetika dan kadang-kadang juga aspek-aspek religius. Menghiasi bangunan dengan benda-benda matematis seperti teselasi; dan memenuhi fungsi lingkungan, seperti meminimalkan kecepatan angin di sekitar basis bangunan tinggi.
Di Mesir Kuno, Yunani Kuno, India dan dunia Islam; bangunan termasuk piramida, kuil, masjid, istana dan monumen makam ditata dengan proporsi yang spesifik karena alasan agama. Dalam arsitektur Islam, bentuk geometris dan pola ubin geometris digunakan untuk menghias bangunan, baik di dalam maupun di luar bangunan. Beberapa candi Hindu memiliki struktur fraktal, di mana komponen-komponennya menyerupai bentuk keseluruhannya, serta menyampaikan pesan tentang kosmologi Hindu yang tak terbatas. Dalam arsitektur Tiongkok, tulou yang berada di provinsi Fujian berbentuk melingkar, dengan struktur pertahanan komunal. Pada abad ke-21, ornamen matematis juga digunakan untuk menutupi bangunan masyarakat umum.
Dalam arsitektur Renaisans, simetri dan proporsi dengan teliti ditegaskan oleh arsitek seperti Leon Battista Alberti, Sebastiano Serlio dan Andrea Palladio, yang dipengaruhi oleh karya Vitruvius yang berjudul De architectura dari Romawi Kuno dan aritmetika Pythagoras dari Yunani Kuno. Pada akhir abad ke-19, Vladimir Shukhov di Rusia dan Antoni Gaudí di Barcelona mempelopori penggunaan struktur hiperboloid di Sagrada Família, Gaudí juga memasukkan paraboloid hiperbolik, teselasi, lengkungan katener, katenoid, helikoid, dan permukaan teratur. Di abad ke-20, gaya arsitektur modern dan dekonstruktivisme mengeksplorasi berbagai geometri untuk mencapai efek yang diinginkan. Permukaan minimum digunakan semaksimal mungkin sebagai atap penutup yang berbentuk seperti tenda di Bandara Internasional Denver, sementara Richard Buckminster Fuller mempelopori penggunaan struktur kerang tipis yang dikenal sebagai kubah geodesik.
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Freiberger
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search