Musa מֹשֶׁה • Mωϋσῆς | |
---|---|
![]() | |
Lahir | Gosyen (Mesir Hilir), Mesir[1] |
Makam | Gunung Nebo, tentangan Bet-Peor, lembah Moab[2] (sekarang: Yordania) |
Suami/istri | Zipora binti Rehuel/Yitro (orang Kush)[3] [4] |
Anak | |
Nabi dan Rasul Mūsā موسى 'alaihissalam | |
---|---|
![]() Kaligrafi Musa 'alaihis-salam | |
Lahir | Mesir |
Gelar |
|
Pendahulu | Syu'aib |
Pengganti | |
Orang tua | * Imran (Ayah Kandung) |
Kerabat | |
Bagian dari seri artikel Kristen tentang |
Musa dan Israel |
Musa dan Sejarah |
Musa dan Kekristenan |
|
Musa (bahasa Ibrani: מֹשֶׁה) adalah tokoh dalam Yudaisme, Kekristenan dan Islam yang merupakan seorang nabi.
Musa[catatan 1] adalah sosok yang dianggap sebagai Nabi terpenting dalam Yudaisme atau agama Yahudi,[9][10] dan salah satu Nabi terpenting dalam agama Kristen, Islam, Baha'i dan agama-agama Abrahamik lainnya. Menurut Alkitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan Al-Qur'an, Musa adalah pemimpin dari bangsa Israel dan pemberi hukum yang dianggap sebagai penulis Taurat.
Menurut Keluaran, Musa lahir di masa ketika bangsanya, yaitu bangsa Israel menjadi bangsa minoritas yang ditindas di Mesir Kuno, dan karena populasinya yang terus meningkat ditakutkan oleh Firaun bahwa mereka kemungkinan akan bersekutu dengan musuhnya Mesir.[11] Ibu Musa yang dari etnis Yahudi, yaitu Yokhebed, diam-diam menyembunyikannya ketika Firaun memerintahkan semua bayi Yahudi yang laki-laki untuk dibunuh untuk mengurangi populasi bangsa Israel. Oleh anak perempuan Firaun (dikenal sebagai Putri Firaun di Midrash, atau Asiyah menurut islam) Musa yang masih bayi itu pun diadopsi setelah ditemukannya hanyut di Sungai Nil, dan ia pun dibesarkan bersama keluarga kerajaan Mesir lainnya. Setelah membunuh seorang etnis Mesir yang memukuli budaknya yang beretnis Yahudi, Musa pun kabur melintasi Laut Merah ke Midian, di mana dia bertemu dengan Tuhan,[12] yang berbicara kepadanya dari dalam semak yang terbakar di Gunung Horeb, yang dianggap sebagai Gunung Ilahi.
Tuhan memerintahkan Musa untuk kembali ke Mesir untuk menuntut pembebasan bangsa Israel dari perbudakan. Namun, Musa berkata kalau dirinya tidak dapat berbicara secara fasih,[13] maka Tuhan mengizinkan Harun, yang merupakan saudara kandung Musa,[14] untuk menjadi juru bicaranya. Setelah terjadinya Sepuluh Tulah, Musa menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah. Setelah itu mereka berdiam di Gunung Sinai, di mana Musa menerima Sepuluh Perintah Tuhan. Pasca 40 tahun mengembara di padang pasir, Musa wafat di Gunung Nebo, di dekat Tanah Perjanjian.
Diakibatkan tidak adanya bukti arkeologis maupun catatan sejarah selain dari Kitab-Kitab Samawi mengenai dirinya,[15][16] banyak ilmuwan dan agamawan menganggap cerita Musa sebagai cerita dongeng, dengan beberapa tetap memegang kemungkinan bahwa Musa atau sosok seperti Musa pernah ada di abad ke-13 SM.[17][18][19][20][21] Yudaisme Rabbinikal mengkalkulasi bahwa Musa hidup dari tahun 1391 sampai 1271 SM;[22] sedangkan menurut Jerome, Musa lahir di tahun 1592 SM,[23] dan James Ussher mengatakan Musa lahir di tahun 1571 SM.[24]
Three views, based on source analysis or historical-critical method, seem to prevail among biblical scholars. First, a number of scholars, such as Meyer and Holscher, aim to deprive Moses all the prerogatives attributed to him by denying anything historical value about his person or the role he played in Israelite religion. Second, other scholars,.... diametrically oppose the first view and strive to anchor Moses the decisive role he played in Israelite religion in a firm setting. And third, those who take the middle position... delineate the solidly historical identification of Moses from the superstructure of later legendary accretions….Needless to say, these issues are hotly debated unresolved matters among scholars. Thus, the attempt to separate the historical from unhistorical elements in the Torah has yielded few, if any, positive results regarding the figure of Moses or the role he played on Israelite religion. No wonder J. Van Seters concluded that "the quest for the historical Moses is a futile exercise. He now belongs only to legend
A Moses-like figure may have existed somewhere in southern Transjordan in the mid-late 13th century s.c., where many scholars think the biblical traditions concerning the god Yahweh arose.
Van Seters concluded, 'The quest for the historical Moses is a futile exercise. He now belongs only to legend.' ... "None of this means that there is not a historical Moses and that the tales do not include historical information. But in the Pentateuch, history has become memorial. Memorial revises history, reifies memory, and makes myth out of history.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "catatan", tapi tidak ditemukan tag <references group="catatan"/>
yang berkaitan
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search