Naraka (Buddhisme)

Naraka

Gambaran Naraka dalam seni rupa Myanmar.
Nama Tionghoa
Hanzi tradisional: 地獄
Hanzi sederhana: 地狱
Nama Filipina
Tagalog: Nalaka (ᜈᜀᜎᜀᜃᜀ)
Nama Jepang
Kanji: 地獄 / 奈落
Nama Korea
Hangul: 지옥
Hanja: 地獄
Nama Melayu
Melayu: Neraka
Nama Mongolia
Mongolia: Там
Nama Vietnam
Quốc ngữ: Địa ngục
Nama Tibet
Tibet: དམྱལ་བ
- Wylie: Dmyal Ba
- Zangwen Pinyin: Nung-Wa
Nama Thai
Thai: นรก
Romanisasi: Nárók
Nama Laos
Laos: ນະຮົກ
Na Hok
Nama Spanish
Spanish: infierno
Nama Sanskrit
Sanskrit: नरक (in Devanagari)
Naraka (Romanised)
Nama Pāli
Pāli: 𑀦𑀺𑀭𑀬 (in Brahmi)
Niraya (Romanised)
Nama Italian
Italian: Inferno
地獄
Địa Ngục
Nama French
French: L'Enfer
地狱
Nama Telegu
Telegu: నరకం
narakam
Nama Hindi
Hindi: नरक
Narak

Naraka (Dewanagari: नरक; ,IASTNaraka,Hanzi: 地獄/奈落; Pinyin: Dìyù/Nàiluò; Jepang: 地獄/奈落) adalah suatu istilah dalam kosmologi Buddhis[1] yang biasaya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "neraka", atau sepadan dengan "purgatori".[2][3] Istilah lain yang mengandung konsep serupa ialah niraya.[4] Alam-alam naraka dalam Buddhisme sepadan dengan Diyu, alam neraka dalam mitologi Tionghoa. Sebuah naraka berbeda dengan konsep neraka di agama samawi dalam dua hal: pertama, makhluk yang berada di Naraka tidak sedang menjalani hukuman dari Tuhan; kedua, jangka waktu suatu yang dijalani makhluk saat berada di naraka tidaklah selama-lamanya,[5][6] meskipun biasanya berlangsung dengan sangat lama.[7][8]

Meurut Buddhisme, suatu makhluk terlahir (tidak dikirim) ke alam Naraka merupakan akibat dari akumulasi perbuatan semasa hidupnya, dan ia berada di sini dalam jangka waktu tertentu sampai hasil karma buruknya habis.[9][10] Setelah karma burknya habis, suatu makhluk akan terlahir ke alam yang lebih tinggi sebagai akibat dari menjalani sisa karma yang belum sempat dinikmati.[11]

Menurut ajaran Buddha, anggapan bahwa neraka adalah tempat hidup yang kekal abadi bagi semua makhluk yang selama masa hidup sebelumnya banyak berbuat karma buruk, adalah keliru. Tidak ada yang kekal-abadi, termasuk didalam neraka sekalipun. Setelah habisnya Kamma buruk yang menyebabkan mereka “tercebur” kedalam alam penuh derita ini (sama-sekali tidak ada kesenangan, hanya derita yang ada), makhluk-makkhluk yang hidup dialam ini akan lahir kembali dalam alam-alam lain sesuai timbunan kamma-kamma mereka sendiri, yang telah mereka pupuk selama ribuan tahun rentang pengembaraannya dalam samsara.[12]

  1. ^ Thakur, Upendra (1992). India and Japan, a Study in Interaction During 5th Cent. – 14th Cent. A.D. Abhinav Publications. ISBN 8170172896. 
  2. ^ Braavig (2009), p. 257. Early translators of the Buddhist Canon seem to have preferred using the term purgatory instead of hell for Naraka because, unlike the Christian imagination of hell, it is not eternal.
  3. ^ Laut, Jens Peter (2013). "Hells in Central Asian Turkic Buddhism and Early Turkic Islam". Tra Quattro Paradisi: Esperienze, Ideologie e Riti Relativi Alla Morte Tra Oriente e Occidente: 20. ISBN 978-88-97735-10-6 – via Università Ca' Foscari Venezia. 
  4. ^ Braavig (2009), p. 259. "Niraya" (Sanskrit: निरय, Script error: The function "langx" does not exist.) was used in earlier Hindu writings that depicted hells. nir-r means "to go out" or "to go asunder" referring to hell as a place where the bad deeds, therefore their bad karma, are destroyed.
  5. ^ "Naraka – iSites" (PDF). isites.harvard.edu. 2015. 
  6. ^ Braavig (2009): p. 257.
  7. ^ Saddharmasmṛtyupasthānasūtra, T 84, 33b (translated by Rhodes (2000) on page 30). One example to illustrate the long time one spends in just one Naraka (in this instance the Revival Naraka) is described in the Saddharmasmṛtyupasthānasūtra as: "Fifty years of a human life equals one day and night in the heaven of the Four Heavenly Kings. The life span there is five hundred years. The life span (of the beings) in the Heaven of the Four Heavenly Kings equals one day and night in this hell.... [End. The life span is based upon the Abhidharmakosa.... The same is true of the following six (hells).] The Yu p 'o sai chieh ching holds that one year in the first heaven (i. e., the Heaven of the Four Heavenly Kings) equals one day and night of the first hell (i. e., Revival Hell)."
  8. ^ Braavig (2009), p. 272. In Buddhist tradition the age of the universe was not counted in millenia but in kalpas. Kalpas are eternally recurring and are "[...] long. It is not easy to calculate how many years it is, how many hundreds of years it is, how many thousand of years it is, how many hundred thousands of years it is."
  9. ^ Braarvig, Jens (2009). "The Buddhist Hell: An Early Instance of the Idea?". Numen. 56 (2–3): 254–281. doi:10.1163/156852709X405008. JSTOR 27793792. 
  10. ^ Laut (2013), p. 20.
  11. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :0
  12. ^ "31 Alam kehidupan Menurut Ajaran Agama Buddha". sariputta.com. 4 Januari 2019. Diakses tanggal 9 November 2021. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search