Orang Franka

Orang Franka
Franci
Bekal kubur bangsawan Franka dari zaman wangsa Meroving
Bahasa
Bahasa Franka Lama
Agama
Kepercayaan leluhur orang Franka, Katolik Roma
Kelompok etnik terkait
Suku-suku bangsa Jermani, bangsa Prancis

Orang Franka (bahasa Latin: Franci, tunggal: Francus) atau suku Franka (bahasa Latin: Gens Francorum) adalah sebutan bagi sekumpulan suku dari rumpun Jermani[1] yang pertama kali muncul dalam catatan-catatan bangsa Romawi dari abad ke-3 Masehi tentang suku-suku penghuni kawasan hilir dan kawasan tengah daerah aliran Sungai Rhein di perbatasan wilayah Kekaisaran Romawi. Sebutan ini kemudian hari dilekatkan pada wangsa-wangsa Jermani berbudaya Romawi yang mendirikan kerajaan di bekas wilayah barat Kekaisaran Romawi dan akhirnya menguasai seantero kawasan yang terbentang di antara Sungai Loire dan Sungai Rhein. Orang Franka kemudian menjajah banyak kerajaan kecil yang menjamur pascapenjajahan Romawi dan suku-suku rumpun Jermani selebihnya. Raja-raja Franka akhirnya diakui sebagai pengganti sah kaisar-kaisar Romawi Barat oleh Gereja Katolik.[2][3][4][a]

Meskipun nama suku Franka tidak pernah disebut-sebut sebelum abad ke-3, bangsa Romawi sudah mengenal satu dua suku dari rumpun Jermani yang kemudian hari menjadi unsur pembentuk suku Franka. Suku-suku tersebut dikenal dengan nama-nama tersendiri, baik sebagai sekutu pemasok prajurit maupun sebagai musuh. Orang Franka pertama kali disebut-sebut ketika kawasan sekitar Sungai Rhein lepas dari kekuasaan bangsa Romawi dan para sekutunya. Orang Franka dilaporkan bersatu melancarkan aksi-aksi penyerbuan ke wilayah Kekaisaran Romawi, tetapi sedari awal juga dijelaskan bahwa aksi-aksi tersebut dipicu oleh serangan suku-suku lain ke daerah yang semula mereka diami, misalnya serangan orang Saksen, maupun karena didorong oleh keinginan suku-suku di dekat perbatasan untuk berpindah ke dalam wilayah kekuasaan bangsa Romawi yang sudah mereka kenal baik selama berabad-abad.

Suku-suku Franka yang bermukim dekat perbatasan di dalam wilayah Kekaisaran Romawi adalah suku Sali dan suku Ripuari. Dalam catatan-catatan bangsa Romawi, orang Franka Sali disebut sebagai kelompok masyarakat yang diizinkan menetap di dalam wilayah Kekaisaran Romawi, sementara orang Franka Ripuari disebut sebagai kelompok masyarakat yang berulang kali berusaha sampai akhirnya berhasil merebut kota Köln dari bangsa Romawi dan selanjutnya menguasai daerah di tepi kiri Sungai Rhein. Pada kurun waktu perseteruan antarfaksi (tahun-tahun era 450-an dan 460-an), seorang pemimpin Franka yang bernama Kilderik berhasil menjadi perwira dalam kesatuan angkatan bersenjata Romawi di Provinsi Galia (kurang lebih sama dengan wilayah negara Prancis sekarang ini) yang terdiri atas laskar-laskar dari berbagai suku bangsa. Kilderik dan putranya, Klovis, harus bersaing melawan seorang perwira Romawi bernama Egidius demi mendapatkan jabatan raja atas masyarakat Franka di daerah sekitar Sungai Loire. Menurut keterangan Gregorius Turonensis, Egidius menjadi raja orang Franka selama 8 tahun masa pembuangan Kilderik. Jabatan raja model baru yang agaknya terinspirasi oleh kisah hidup Alarik I ini[5] adalah titik awal kemunculan wangsa Meroving, wangsa Franka yang berhasil menaklukkan sebagian besar wilayah Provinsi Galia pada abad ke-6, dan berdaulat atas seluruh kerajaan suku Franka di sekitar Sungai Rhein. Bermodalkan wilayah kedaulatan wangsa Meroving ini, raja-raja wangsa Karoling berjuang memperluas wilayah sampai berhasil menjadi kaisar-kaisar baru di Eropa Barat sejak tahun 800.

Pada Abad Pertengahan, istilah "orang Franka" lumrah digunakan sebagai sebutan lain untuk "orang Eropa Barat", karena raja-raja Franka dari wangsa Karoling menguasai sebagian besar kawasan barat Eropa, dan menciptakan tatanan politik (cikal bakal Ancien Régime) yang diterapkan di Eropa selama berabad-abad sampai Revolusi Prancis meletus. Masyarakat Eropa Barat sama-sama beragama Kristen Katolik Roma dan sama-sama berjuang dalam Perang Salib di Negeri Syam. Sesudah bercokol di Negeri Syam, mereka tetap menyebut diri "orang Franka", dan menyebut negara-negara yang mereka dirikan sebagai negara-negara orang Franka. Pada tahun 1099, sebagian besar Laskar Salib yang ada di Yerusalem adalah orang-orang Prancis, yakni bangsa yang suatu ketika pernah menyebut dirinya "orang Franka". Laskar Salib selebihnya terdiri atas para pendatang dari negara-negara lain di Eropa, antara lain orang Spanyol, orang Jerman, dan orang Hungaria.[6] Kenyataan ini berdampak panjang terhadap sebutan bagi orang Eropa Barat dalam banyak bahasa di dunia.[7][8][9] Kawasan barat Eropa dikenal bangsa Persia dengan nama "Faranggistan" (Negeri Peranggi), dan orang Eropa Barat disebut "Faranji" (orang Peranggi) oleh bangsa Arab.[10]

Semenjak didirikan, kerajaan-kerajaan orang Franka sudah terbagi secara politik maupun hukum menjadi kerajaan timur yang cenderung berciri Jermani, dan kerajaan barat yang cenderung berciri Romawi. Kerajaan timur kemudian hari menjadi "Kekaisaran Romawi Suci" yang adakalanya disebut "Jerman", sementara kerajaan barat adalah kerajaan yang didirikan wangsa Meroving di Galia, daerah yang penduduknya mengamalkan budaya Romawi dan menuturkan bahasa-bahasa rumpun Romawi. Bekas wilayah kerajaan barat sampai sekarang dikenal dengan nama Prancis (bahasa Prancis: France), dari kata Latin Francia, yang berarti "negeri orang Franka".

  1. ^ Drinkwater, John Frederick (2012). "Franks". Dalam Hornblower, Simon; Spawforth, Antony; Eidinow, Esther. The Oxford Classical Dictionary (edisi ke-4). Oxford University Press. ISBN 9780191735257. Diakses tanggal 26 Januari 2020. 
  2. ^ "Holy Roman Empire | Encyclopedia.com". www.encyclopedia.com. 
  3. ^ "Coronation of Charlemagne". unamsanctamcatholicam.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-05. Diakses tanggal 2020-03-19. 
  4. ^ Editors, History com. "Charlemagne". HISTORY. 
  5. ^ (Halsall 2007, hlm. 267)
  6. ^ "Jerusalem in the Crusader Period". Bar-Ilan University. Ingeborg Rennert Center for Jerusalem Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-24. Diakses tanggal 29 Oktober 2019. 
  7. ^ Angeliki Laiou; Henry P. Maguire (1992). Byzantium: A World Civilization. Dumbarton Oaks. hlm. 62. ISBN 978-0-88402-200-8. 
  8. ^ Richard W. Bulliett et alii (2011). The Earth and Its Peoples. Cengage Learning. hlm. 333. ISBN 978-0-495-91310-8. 
  9. ^ Janet L. Nelson (2003). The Frankist World. Continuum International. hlm. xiii. ISBN 978-1-85285-105-7. 
  10. ^ Arteaga, Deborah L. Research on Old French: The State of the Art. Springer Science & Business Media. hlm. 206. Diakses tanggal 29 Oktober 2019. 


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search