Orang Minangkabau

Minangkabau
ميناڠكاباو
Pengantin dalam balutan pakaian tradisional Minangkabau
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Sensus 2010)6.462.713[1][2]
       Sumatera Barat4.281.439
       Riau624.145
       Sumatera Utara345.403
       DKI Jakarta305.538
       Jawa Barat202.203
       Jambi168.947
       Kepulauan Riau156.770
       Banten86.217
       Bengkulu73.333
       Sumatera Selatan69.996
       Lampung69.884
 Malaysia934.000[3]
       Negeri Sembilan548.000
 Singapura114.151[4]
 Belanda7.490
Bahasa
Bahasa Minang, Bahasa Indonesia, Bahasa Minang-Negeri Sembilan
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Mandailing, Kerinci, Aneuk Jamee, Sakai

Minangkabau atau disingkat Minang (Jawi: ميناڠكاباو) merupakan kelompok etnik pribumi Nusantara yang menghuni Sumatera bagian tengah, Indonesia. Secara geografis, persebaran etnik Minangkabau meliputi seluruh daratan Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, pantai barat daya Aceh dan Negeri Sembilan di Malaysia.[5] Minangkabau merujuk pada entitas kultural dan geografis yang ditandai dengan penggunaan bahasa, adat yang menganut sistem kekerabatan matrilineal dan identitas agama Islam. Dalam percakapan awam, orang Minang sering kali disamakan sebagai orang Padang. Hal ini merujuk pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat, yaitu Kota Padang. Namun, mereka biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan Urang Awak. Awak itu sendiri berarti saya, aku atau kita dalam percakapan keseharian orang Minang.[6] Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Urang Awak itu adalah orang Minang itu sendiri.[7]

Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih merujuk kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki[8] serta menganut sistem adat yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,[9] walaupun budayanya sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam. Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau ialah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kelak penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.[10]

Masyarakat Minang bertahan sebagai penganut matrilineal terbesar di dunia.[11][12] Selain itu, etnis ini telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Alquran) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.[13]

Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris dari tradisi lama Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis.[14] Lebih dari separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Diaspora Minang pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, Bandar Lampung dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang terkonsentrasi di Kuala Lumpur, Seremban, Singapura, Jeddah, Sydney[15] dan Melbourne.[16] Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan Padang yang sangat digemari di Indonesia bahkan mancanegara.[17]

  1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010 (PDF). Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 2012-08-24. 
  2. ^ Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M. Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, dan Agus Pramono (2015). Demography of Indonesia’s Ethnicity. Institute of Southeast Asian Studies dan BPS – Statistics Indonesia. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-23. Diakses tanggal 2020-06-16. 
  4. ^ Sunday Times, 28 June 1992
  5. ^ De Jong, P.E de Josselin (1960). Minangkabau and Negeri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia. Jakarta: Bhartara. 
  6. ^ "Kamus Indonesia - Minangkabau | Glosbe". glosbe.com. Diakses tanggal 2022-04-25. 
  7. ^ Kingsbury, D.; Aveling, H. (2003). Autonomy and Disintegration in Indonesia. Routledge. ISBN 0-415-29737-0. 
  8. ^ Navis, A.A. (1984). Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Pers. 
  9. ^ Batuah, A. Dt.; Madjoindo, A. Dt. (1959). Tambo Minangkabau dan Adatnya. Jakarta: Balai Pustaka. 
  10. ^ Reid, Anthony (2001). "Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities". Journal of Southeast Asian Studies. 32 (3): 295–313. doi:10.1017/S0022463401000157. 
  11. ^ Evers, Hans Dieter; Korff, Rüdiger (2000). Southeast Asian Urbanism. LIT Verlag Münster: Ed.2nd. hlm. 188. ISBN 3-8258-4021-2. 
  12. ^ Ong, Aihwa; Peletz, Michael G. (1995). Bewitching Women, Pious Men: Gender and Body Politics in Southeast Asia. University of California Press. hlm. 51. ISBN 0-520-08861-1. 
  13. ^ Jones, Gavin W.; Chee, Heng Leng; Mohamad, Maznah (2009). "Not Muslim, Not Minangkabau, Interreligious Marriage and its Culture Impact in Minangkabau Society by Mina Elvira". Muslim-Non-Muslim Marriage: Political and Cultural Contestations in Southeast Asia. Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 51. ISBN 978-981-230-874-0. 
  14. ^ Graves, Elizabeth E. (1981). The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule Nineteenth Century. Itacha, New York: Cornell Modern Indonesia Project #60. hlm. 1. 
  15. ^ "Warga Minang Sidney Peduli Syiar Islam". Harian Singgalang. 2012-02-18. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 2012-06-14. 
  16. ^ "Indonesian Community in Victoria-Tasmania". Konsulat Jenderal Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-10. Diakses tanggal 2012-06-14. 
  17. ^ Ramli, Andriati (2008). Masakan Padang: Populer & Lezat. Niaga Swadaya. ISBN 978-979-1477-09-3. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search