Perang Dingin

Presiden AS Ronald Reagan dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Mikhail Gorbachev, pada KTT Pertama di Jenewa, Swiss, 19 November 1985

Perang Dingin (bahasa Inggris: Cold War; bahasa Rusia: холо́дная война́, kholodnaya voyna, 1947–1991) adalah periode ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet serta sekutu masing-masing, Blok Barat dan Blok Timur. Istilah perang dingin digunakan karena tidak ada pertempuran berskala besar secara langsung antara kedua negara adidaya tersebut, tetapi masing-masing mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik regional besar yang dikenal sebagai perang proksi. Konflik ini didasari oleh perjuangan ideologis dan geopolitik untuk mendapatkan pengaruh global dari kedua negara adidaya ini, setelah peran mereka sebagai Sekutu dalam Perang Dunia II yang berujung pada kemenangan melawan Nazi Jerman dan Kekaisaran Jepang pada tahun 1945.[1] Selain perlombaan senjata nuklir dan pengerahan militer konvensional, perjuangan untuk mendominasi diekspresikan melalui cara-cara tidak langsung, seperti perang psikologis, kampanye propaganda, spionase, embargo yang luas, diplomasi olahraga, dan kompetisi teknologi seperti Perlombaan Antariksa. Perang Dingin dimulai tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II, mulai mereda secara bertahap dengan perpecahan Sino-Soviet antara Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1961, dan berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.

Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat, serta sejumlah negara Dunia Pertama lainnya yang umumnya demokratis liberal tetapi terikat pada jaringan negara-negara Dunia Ketiga yang sering kali otoriter, yang sebagian besar merupakan bekas jajahan kekuatan Eropa.[2][A] Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet dan Partai Komunisnya, yang memiliki pengaruh di seluruh Dunia Kedua dan juga terkait dengan jaringan negara-negara otoriter. Uni Soviet memiliki ekonomi komando dan menerapkan rezim Komunis yang serupa di negara-negara satelitnya. Keterlibatan Amerika Serikat dalam perubahan rezim selama Perang Dingin meliputi dukungan terhadap kediktatoran anti-komunis dan sayap kanan, pemerintahan, dan pemberontakan di seluruh dunia, sementara keterlibatan Soviet dalam perubahan rezim meliputi pendanaan partai-partai sayap kiri, perang pembebasan nasional, dan revolusi di seluruh dunia. Karena hampir semua negara kolonial mengalami dekolonisasi dan meraih kemerdekaan pada periode 1945-1960, banyak negara yang menjadi medan perang Dunia Ketiga dalam Perang Dingin.

  1. ^ Sempa, Francis (12 July 2017). Geopolitics: From the Cold War to the 21st Century. Routledge. ISBN 978-1-351-51768-3. 
  2. ^ G. Jones 2014, hlm. 176–179.


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "upper-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="upper-alpha"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search