Reformasi Inggris

Raja Henry VIII, pelopor Reformasi Inggris, pemisahan Gereja Inggris dari Gereja Katolik Roma dan beralih ke Protestanisme Anglikan. Lukisan oleh Hans Holbein Muda. Museum Thyssen-Bornemisza, Madrid.


Reformasi Inggris adalah serangkaian peristiwa yang terjadi di Inggris pada abad ke-16 ketika Gereja Inggris memisahkan diri dari otoritas Paus dan Gereja Katolik Roma. Peristiwa ini terkait dengan Reformasi Protestan yang menyebar luas di seluruh Eropa, menjadi gerakan keagamaan dan politik yang memengaruhi praktik Kekristenan di sebagian besar Eropa selama periode ini.

Secara ideologis, landasan bagi Reformasi diletakkan oleh para humanis Renaisans yang memercayai bahwa Kitab Suci adalah satu-satunya sumber iman Kristen dan mengkritik praktik-praktik keagamaan yang mereka nilai sebagai takhayul. Pada tahun 1520, ide-ide baru Martin Luther diperkenalkan dan diperdebatkan di Inggris, tetapi kaum Protestan merupakan minoritas agama dan bidat menurut hukum. Reformasi Inggris dimulai lebih sebagai peristiwa politik daripada perselisihan teologis.[note 1] Pada tahun 1527, Henry VIII meminta agar pernikahannya dianulir, tetapi Paus Klemens VII menolak. Sebagai tanggapan, Parlemen Reformasi (1529-1536) mengesahkan undang-undang yang menghapuskan otoritas kepausan di Inggris dan menyatakan Henry sebagai kepala Gereja Inggris. Otoritas terakhir dalam perselisihan doktrinal sekarang berada di tangan raja. Meskipun ia sendiri adalah seorang tradisionalis religius, Henry mengandalkan kaum Protestan untuk mendukung dan melaksanakan agenda keagamaannya.

Teologi dan liturgi Gereja Inggris menjadi sangat Protestan pada masa pemerintahan anak Henry, Edward VI (1547-1553), sebagian besar mengikuti arahan dari Uskup Agung Thomas Cranmer. Pada masa pemerintahan Mary I dari Inggris (1553-1558), agama Katolik Roma dipulihkan dan Inggris secara singkat berada di bawah yurisdiksi kepausan. Penyelesaian Keagamaan Elizabeth memperkenalkan kembali agama Protestan tetapi dengan gaya yang lebih moderat. Meskipun demikian, perselisihan mengenai struktur, teologi, dan peribadatan Gereja Inggris terus berlanjut selama beberapa generasi.

Reformasi Inggris umumnya dianggap berakhir pada masa pemerintahan Elizabeth I (1558-1603), tetapi para sarjana juga membicarakan sebuah "Reformasi Panjang" yang berlangsung hingga abad ke-17 dan ke-18. Kurun waktu ini meliputi perselisihan mengenai agama yang diwarnai dengan kekerasan selama periode Stuart, yang paling terkenal adalah Perang Saudara Inggris yang berujung pada pemerintahan Oliver Cromwell yang adalah seorang Puritan. Setelah Restorasi Stuart dan Revolusi Agung, Gereja Inggris tetap menjadi agama negara, tetapi sejumlah gereja nonkonformis yang anggotanya mengalami berbagai kecacatan hak-hak sipil hingga akhirnya hal ini dihapus beberapa tahun kemudian. Sebuah minoritas yang substansial namun terus berkurang dari akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-19 tetap beragama Katolik Roma – organisasi gereja mereka tetap ilegal hingga Undang-Undang Bantuan Katolik Roma 1829.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/> yang berkaitan


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search