Sejarah film

Poster Iklan Tahun 1896 dengan Ilustrasi dari L'Arroseur arrosé karya Lumière

Catatan sejarah film mencatat perkembangan bentuk seni visual yang dibuat dengan menggunakan teknologi film, dimulai pada akhir abad ke-19.

Kehadiran film sebagai media artistik tidak didefinisikan dengan jelas, namun, penayangan sepuluh film pendek karya Lumière bersaudara secara komersial dan terbuka di Paris pada tanggal 28 Desember 1895 dapat dianggap sebagai terobosan film sinematografi yang diproyeksikan. Terdapat hasil sinematografi dan penayangan film sebelumnya yang dilakukan oleh individu lain seperti Skladanowsky bersaudara, yang menggunakan Bioscop buatannya sendiri untuk menampilkan pertunjukan gambar bergerak pertama kepada penonton yang membayar pada tanggal 1 November 1895 di Berlin. Namun, mereka tidak memiliki kualitas, dukungan finansial, stamina, atau keberuntungan yang dibutuhkan untuk memacu momentum yang membawa sinematografi Lumière menuju kesuksesan duniawi.[1] Film-film paling awal memiliki warna hitam putih, durasi kurang dari satu menit, tanpa suara dan terdiri dari satu adegan yang diambil dengan kamera yang stabil.

Dekade pertama dalam era film bergerak melihat bagaimana film bergerak berubah menjadi industri hiburan massal yang matang, dengan berdirinya perusahaan produksi film dan studio di seluruh dunia.

Konvensi terhadap bahasa sinematik umum juga mengalami perkembangan, dengan adanya pengeditan gerakan kamera dan teknik sinematik lainnya yang memberikan peran khusus dalam narasi film.

Efek khusus merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan film sejak akhir abad ke-19. Efek khusus pertama kali dikenalkan melalui karya film fantasi Georges Méliès. Banyak efek yang tidak mungkin atau tidak praktis untuk ditampilkan dalam pertunjukan teater, sehingga menambah keajaiban pengalaman menonton film.

Perkembangan teknologi membawa perubahan besar bagi dunia film, seperti peningkatan durasi film (mencapai 60 menit untuk film panjang pada tahun 1906), sinkronisasi rekaman suara (mulai populer pada akhir tahun 1920-an), penambahan warna (mulai populer pada tahun 1930-an), dan film 3D (mulai populer pada awal 1950-an dan kembali populer pada tahun 2000-an). Penggunaan suara membantu mengakhiri keharusan interupsi kartu judul, membawa revolusi bagi naratif film, dan menjadi bagian penting dalam proses pembuatan film.

Perkembangan media baru, seperti televisi (mulai populer pada tahun 1950-an), video rumahan (mulai populer pada tahun 1980-an), dan internet (mulai populer pada tahun 1990-an), mempengaruhi distribusi dan konsumsi film. Produksi film sering merespons dengan menciptakan konten yang sesuai dengan media baru tersebut, dan melakukan inovasi teknis seperti layar lebar, film 3D dan 4D serta penciptaan film yang lebih spektakuler untuk mempertahankan daya tarik pertunjukan film di bioskop.

Sistem produksi film yang lebih ekonomis dan mudah digunakan, termasuk film 8mm, video, dan kamera smartphone, memungkinkan semakin banyak orang untuk membuat film berkualitas tinggi untuk berbagai tujuan, seperti film rumahan dan karya seni video. Kualitas teknis film tersebut biasanya lebih rendah dibandingkan film profesional, tetapi meningkat dengan adanya video digital dan kamera digital berkualitas tinggi yang terjangkau.

Seiring perkembangan waktu, metode produksi digital semakin populer pada dekade 1990-an, yang menghasilkan efek visual yang lebih realistik dan animasi komputer yang panjang dan populer.

Berbagai genre film muncul dan mengalami tingkat kesuksesan yang berbeda-beda, dengan perbedaan besar antara film horor (aliran utama sejak tahun 1890-an), film berita (umum ditayangkan di bioskop A.S. antara tahun 1910-an hingga akhir 1960-an), film musikal (aliran utama sejak akhir 1920-an) dan film pornografi (mengalami masa keemasan pada tahun 1970-an).

  1. ^ Pruitt, Sarah. "The Lumière Brothers, Pioneers of Cinema". HISTORY (dalam bahasa Inggris). 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search