Sejarah sutra

Dayang-Dayang Menyiapkan Kain Sutra Baru, lukisan sutra karya Kaisar Huizong dari dinasti Song, awal abad ke-12.

Sutra mula-mula diproduksi di Tiongkok pada zaman batu muda oleh peradaban Yangshao (milenium ke-4 SM). Awalnya sutra hanya terbatas di Tiongkok saja sampai Jalan Sutra dibuka di beberapa titik selama paruh akhir milenium 1 SM.

Tiongkok memonopoli serikultur (budidaya ulat dan pembuatan sutra) selama ribuan tahun. Tidak hanya terbatas pada pakaian saja, sutra juga digunakan untuk sejumlah aplikasi lain, termasuk menulis, dan warna sutra yang dipakai menentukan kelas sosial seseorang selama dinasti Tang.

Budidaya sutra mulai menyebar ke Jepang sekitar 300 M, dan pada 552 M, Bizantium berhasil memperoleh telur ulat sutra dan mampu membudidayakan ulat sutra. Orang-orang Arab juga mulai memproduksi sutra pada saat yang sama. Sebagai hasil dari penyebaran serikultur, ekspor sutra Tiongkok menjadi kurang penting, meskipun mereka masih mempertahankan dominasi atas pasar sutra sebagai barang mewah.

Perang Salib membawa produksi sutra ke Eropa Barat, khususnya ke banyak negara koloni Italia, yang menyaksikan booming ekonomi dengan mengekspor sutra ke negara lain di seluruh Eropa. Perubahan dalam teknik pembuatan juga mulai terjadi selama Abad Pertengahan, dengan perangkat yang baru ditemukan seperti roda. Selama abad ke-16, Prancis bergabung dengan Italia dalam mengembangkan perdagangan sutra yang sukses, meskipun banyak negara lain mencoba mengembangkan industri sutra mereka sendiri namun tidak berhasil.


© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search