Serangan Bandar Udara Internasional Bagdad 2020 | |
---|---|
Bagian dari Intervensi pimpinan Amerika Serikat di Irak (Operasi Inherent Resolve) dan Krisis Teluk Persia 2019–2020 | |
Jenis | Serangan drone[1] |
Lokasi | Dekat Bandar Udara Internasional Bagdad, Bagdad, Irak 33°15′29″N 44°15′22″E / 33.25806°N 44.25611°E |
Pemimpin | Donald Trump |
Sasaran | ![]() ![]() |
Tanggal | 3 Januari 2020 01.00[2] (Waktu Irak (UTC+03:00)) |
Pelaksana | ![]() |
Hasil | Lihat Dampak |
Korban | 10 orang[3][4] tewas |
Pada tanggal 3 Januari 2020, Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap konvoi kendaraan di dekat Bandar Udara Internasional Bagdad yang ditumpangi beberapa orang, antara lain Mayor Jenderal dan Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani[5] dan Komandan Pasukan Mobilisasi Rakyat Irak Abu Mahdi al-Muhandis.
Serangan itu terjadi setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran dan setelah terjadinya krisis Teluk Persia. Pada minggu sebelum serangan itu, pangkalan udara Irak diserang, menewaskan kontraktor AS. Beberapa hari kemudian, kedutaan AS di Irak dirusak selama aksi protes. AS menyalahkan Iran atas insiden ini.
Serangan itu secara tajam meningkatkan ketegangan antara AS dan Iran. Para pemimpin Iran berjanji untuk membalas dendam terhadap AS sementara para pejabat AS mengatakan bahwa mereka akan menyerang terlebih dahulu kelompok-kelompok paramiliter yang didukung Iran di Irak yang mereka anggap sebagai ancaman.
Partai Republik di AS sebagian besar mendukung serangan ini, seperti yang dilakukan perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu. Partai Demokrat di AS mengakui kesalahan Soleimani dalam pembunuhan orang Amerika, tetapi mempertanyakan kebijaksanaan serangan provokatif yang akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Pejabat Suriah mengutuk serangan itu, dan perwakilan dari Tiongkok, India, Pakistan, Prancis, Jerman, dan Britania Raya mendesak semua pihak menahan diri dan diplomasi.
© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search