Suku Toraja

Suku Toraja
To Raya, To Raa, To Riaja
Anak perempuan Toraja pada upacara pernikahan
Daerah dengan populasi signifikan
Sulawesi Selatan: 60%, Sulawesi Barat: 14%
Bahasa
Toraja-Sa'dan, Kalumpang, Mamasa, Tae', Talondo' dan Toala'
Agama
 • 82,12% Kekristenan (65,15% Kristen Protestan, 16,97% Katolik)
 • 5,99% Aluk To Dolo
 • 5,99% Islam Sunni[1]
Kelompok etnik terkait
Bugis, Mamasa, Mandar

Suku Toraja adalah sebuah suku bangsa yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa (di Mamasa disebut juga sebagai suku Mamasa).[1] Mayoritas suku Toraja memeluk Kekristenan, sebagian masih menganut agama asli Aluk To Dolo, dan sebagian lagi menganut Islam. Pemerintah Indonesia telah mengakui Aluk To Dolo sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.[2]

Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, To Riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909.[3] Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Suku Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog.[4] Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.[5]

  1. ^ a b "Tana Toraja official website" (dalam bahasa Indonesia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-05-29. Diakses tanggal 2006-10-04. 
  2. ^ Volkman, Toby Alice (1990). "Visions and Revisions: Toraja Culture and the Tourist Gaze". American Ethnologist. 17 (1): 91–110. doi:10.1525/ae.1990.17.1.02a00060. Diakses tanggal 2007-05-18. 
  3. ^ Nooy-Palm, Hetty (1975). "Introduction to the Sa'dan People and their Country". Archipel. 15: 163–192. 
  4. ^ Adams, Kathleen M. (January 31, 1990). "Cultural Commoditization in Tana Toraja, Indonesia". Cultural Survival Quarterly. 14 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-27. Diakses tanggal 2007-05-18. 
  5. ^ Adams, Kathleen M. (Spring 1995). "Making-Up the Toraja? The Appropriate of Tourism, Anthropology, and Museums for Politics in Upland Sulawesi, Indonesia". Ethnology. 34 (2): 143. doi:10.2307/3774103. ISSN 0014-1828. Diakses tanggal 2007-05-18. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search