Wacana

Wacana adalah kesatuan makna antarkomponen bahasa di dalam suatu struktur bahasa yang terkait dengan konteks. Kesatuan struktur di dalam wacana bersifat abstrak sehingga membedakannya dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi dalam pengertian yang sama. Sementara kesamaannya yaitu sama-sama memiliki wujud konkret yang terlihat, terbaca, atau terdengar.[1] Wacana tersusun dari unsur-unsur bahasa yang lengkap mulai dari fonem hingga karangan utuh.[2] Unsur-unsur bahasa yang membentuk suatu wacana bersifat kohesi.[3] Wacana terbentuk melalui konteks situasi kebudayaan dan kondisi sosial tertentu. Kenampakan kondisi ini, sangat jelas pada jenis wacana lisan yang ujarannya menggunakan bahasa tertentu pada lingkungan tertentu.[4] Analisis terhadap wacana dapat menggunakan dua tingkatan, yaitu analisis wacana yang hanya setingkat naskah, atau analisis wacana kritis yang analisanya meliputi naskah, konteks dan kesejarahan.[5] Wacana termasuk cabang keilmuan dari linguistik teoretis.[6] Dalam linguistik, wacana merupakan bagian dari pragmatik dengan ruang lingkup kajian yang lebih luas dibandingkan dengan klausa dan kalimat.[7] Selain pada kajian-kajian linguistik, istilah "wacana" juga banyak digunakan pada bidang pendidikan bahasa, filsafat dan sosiologi.[8] Modifikasi terhadap wacana dapat mengubah satu peristiwa yang sama menjadi beberapa versi cerita berbeda.[9] Wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap dan dapat diwujudkan ke dalam suatu bentuk.[10] Perwujudan nyata dari wacana ialah dalam bentuk karangan atau laporan dengan isi yang utuh.[11]

  1. ^ Kushartanti, Yuwono, U., dan Lauder, L. RMT. (2007). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 92. ISBN 978-979-221-681-3. 
  2. ^ Saputri, Windi (2021). Winoto, Darmawan Edi, ed. Tindak Tutur Wacana Rubrik (PDF). Purbalingga: Eureka Media Aksara. hlm. 25. ISBN 978-623-97391-2-6. 
  3. ^ Tim Dosen Bahasa Indonesia Universitas Islam Bandung (2017). Buku Ajar Bahasa Indonesia (PDF). Bandung: Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK) Universitas Islam Bandung. hlm. 68. ISBN 978-602-71823-7-0. 
  4. ^ Malini, Ni Luh Nyoman Seri (2016). Pastika, I Wayan, ed. Analisis Wacana (Wacana Dakwah di Kampung Muslim Bali (PDF). Denpasar: Cakra Press. hlm. 3. ISBN 978-602-9320-21-3. 
  5. ^ Hamad, Ibnu (2007). "Lebih Dekat dengan Analisis Wacana" (PDF). MediaTor. 8 (2): 328. 
  6. ^ Alwasilah, A, Chaedar. Pengantar Penelitian Linguistik Terapan (PDF). Jakarta: Pusat Bahasa. hlm. 67. ISBN 979-685-512-7. 
  7. ^ Rohana dan Syamsuddin (2015). Analisis Wacana (PDF). Makassar: CV. Samudra Alif Mim. hlm. 1. ISBN 978-602-73810-1-8. 
  8. ^ Jumadi (2017). Rafiek, M., ed. Wacana, Kekuasaan, dan Pendidikan Bahasa (PDF). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 2. ISBN 978-602-229-824-3. 
  9. ^ Goziyah (2019). "Analisis Wacana Kritis Film Rudy Habibie dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa" (PDF). Diksa: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5 (2): 78. 
  10. ^ Ayu, Dewi Mutiara Indah (2016). "Ketidakwajaran dalam Penerjemahan The 8th Habits from Effectiveness to Greatness ke dalam Bahasa Indonesia" (PDF). Prosiding Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia 2016. Penerbit Prodi Linguistik SPs UPI: 108. 
  11. ^ Iqbal, M., Azwardi, dan Taib, R. (2017). Linguistik Umum. Syiah Kuala University Press. hlm. 240. ISBN 978-602-5679-00-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-14. Diakses tanggal 2021-12-14. 

© MMXXIII Rich X Search. We shall prevail. All rights reserved. Rich X Search